Belakangan ini saya jarang sekali membuka media sosial seperti facebook, instagram dan twitter (saya hanya membukanya hanya untuk membagikan tulisan atau artikel saya dari blog atau platform saja). Selebihnya saya tidak pernah mengulik atau melihat status orang lain yang bertebaran di timeline atau beranda. (Namun bukan berarti saya meninggalkan media sosial)
Bahkan beberapa waktu ini saya menonaktifkan notifikasi media sosial yang ada di ponsel saya.
Mengapa?
Jawabannya singkat. Saya sedang mencoba memahami realitas yang saya alami saat ini. Berfokus pada kehidupan realitas semata. Bukan menyaksikan pamor di media sosial.
Setelah saya mengalami dan memahami banyak pelajaran dalam kehidupan. Saya hanya ingin rehat.
Mungkin saat ini saya hanya bisa menyalurkan ide dan karya melalui tulisan. Jadi apa yang kalian baca, sepenuhnya datang dari hati dan pikiran saya. (Kalau ada yang baca sih)
Memang, dunia ini memiliki lingkup yang besar. Bukan saja semesta yang tak bisa diraih binokular. Tapi juga media sosial, di sana lingkupnya jauh lebih besar, memang, dari kehidupan saya yang hanya berkutat pada rutinitas membosankan. Karena di media sosial, hanya bermodalkan smartphone atau komputer, kamu sudah bisa menjelajahi beragam dimensi dengan karakteristik yang luas. (Jangan lupa pakai kuota atau wifi gratisan, kalau tidak kamu cuma bisa lihat layar ponsel dan laptop sambil manyun)
Ternyata memahami realitas itu hanya bermodalkan pengalaman. Semua bisa dipahami kalau kita sudah pernah merasakan. Ibaratnya kalau kata orangtua jaman dulu itu sudah menyicipi asam garam kehidupan. (Saya sih lebih suka sayur asam yang ditaburi garam)
Jadi apapun pilihan seseorang, itu sepenuhnya hak dia. Bagaimanapun kita bebas berkomentar, ya semua kembali kepada si dia. (Iya kamu...)
0 komentar