Ketika seorang anak manusia berbicara mengenai dunia dan permasalahannya. Isu dan segala tetek bengek yang seperti kapal pecah, maka ego dan sifat bapernya harus dikesampingkan, jangan cuma ditiriskan. Mengapa? Karena kita hanyalah serpihan debu yang tak ada apa-apanya jika dikaitkan dengan dunia. Dengan begitu, barulah ia bisa disebut sebagai manusia sejati. Yang lebih mendahulukan kepentingan sesama dibandingkan jiwa dan raganya.
Tapi tentunya itu tak semudah membalikan telur ceplok dipenggorengan. Butuh banyak pengorbanan yang mungkin mencederai diri sendiri. Pertama kita harus bebenah diri. Ya, semua harus dimulai dari diri kita sendiri. Makanya ada istilah lebih sulit berperang melawan diri sendiri, ketimbang dengan orang lain.
Inilah ujian tersulit. Memulai memperbaiki moral dan cara berpikir untuk melepaskan diri dari pemikiran yang dangkal, menghapuskan segala perbudakan (baik psikis maupun fisik), berani memerdekakan diri sendiri, dan terlepas dari segala macam pemikiran negatif terhadap kita.
Terkadang kita menuntut banyak kesempurnaan terkait semua aspek dalam hidup kita. Kita ingin Indonesia seperti inilah, seperti itulah. Toh, kita selaku masyarakatnya saja masih belum bisa bebenah diri. Itu mengapa sungai tak pernah bersih dari sampah. Itu mengapa anarkisme dan kekerasan selalu kita temui dimanapun. Dan masih banyak keburukan lainnya.
Kita bahkan sepertinya tak mengenal Tuhan kita sendiri. Mengapa? Karena jika kita sungguh-sungguh mengenal Tuhan, tentunya kita akan menjauhi segala bentuk kejahatan dan keburukan sekecil apapun. Bagaimana doa kita mau di dengar, jika kita masih keblinger dengan siapa Tuhan kita. Mungkin itulah akibatnya. Tak kenal maka tak sayang.
Karena percaya akan adanya Tuhan saja tidak cukup. Semua agama mengajarkan manusia untuk mempercayai Tuhan mereka. Meyakini bahwa Tuhan-lah yang menciptakan seluruh semesta ini beserta isinya, tapi apakah itu cukup? Tentu saja tidak! Agar lebih dicintai Tuhan, kita mesti di uji. Ujian macam apa? Apa semacam permasalahan kehidupan? Pertikaian, perceraian, masalah hutang, kedengkian, atau kehilangan orang yang kita sayang? Jawabannya tidak, bukan ujian semacam itu.
Jangan kaitkan permasalahan atas dasar ego kita sebagai ujian yang ditimpakan Tuhan kepada kita. Apalagi jika masalah itu kita sendiri yang membuatnya, jangan pernah bilang itu ujian Tuhan. Permasalahan hidup yang dirasakan manusia pada saat ini karena adanya sebab akibat, tidak mungkin ada asap kalau tidak ada yang menyulut api. Jadi seperti itulah.
Jika kita kaitkan dengan apa yang terjadi di Bumi Pertiwi ini, sudah pasti karena ulah manusia. Mereka lah yang membuat kerusakan.
Allah SWT berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
zhoharol-fasaadu fil-barri wal-bahri bimaa kasabat aidin-naasi liyuziiqohum ba'dhollazii 'amiluu la'allahum yarji'uun
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)
Ayat itu sangat jelas terasa. Jika kita bisa mengamati sekitar, kerusakan terjadi di mana-mana baik secara fisik maupun rohani. Fisik alam maupun rohani atau moral manusianya. Jadi jangan pernah salahkan Tuhan dengan apa yang terjadi saat ini. Mungkin inilah dosa nenek moyang kita yang akhirnya diwarisi kepada cucu-cucunya. Lalu apakah kita ingin mengulangi kesalahan yang diperbuat nenek moyang kita?
Ayat di atas tertulis "agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." Berarti selama ini kita berjalan di arah yang salah, kah? Barangkali jawabannya iya. Karena setelah apa yang terjadi sekarang ini. Semua tampak terang dan jelas.
Mungkin memang benar, selama ini kita memahami sesuatu yang salah. Kita buta, tuli, dan bahkan tak menggunakan akal kita dengan jernih. Kita nyaman terbelenggu dalam kobaran api, padahal di depan sana kita melihat air yang bisa memadamkan segala belenggu panas itu.
, lalu Bagaimana cara kita untuk mengenal Tuhan?
ReplyDeleteHalo salam kenal... Ya, seperti yg sudah dijelaskan dalam tulisan di atas. Kita harus terbebas dari segala macam belenggu, dan melepaskan keAKUan kita.
Delete