Seleksi Alam?

Pernah gak sih berpikir, berapa lama lagi umat manusia bisa bertahan hidup di dunia yang semakin hari semakin gila kayak gini?

Pernah kepikiran juga gak sih kalau kita lagi hidup di fase seleksi alam? Coba deh kamu perhatikan lingkungan atau orang sekitar, udah berapa banyak dari mereka yang jadi korban kehidupan? Keluarga berantakan, pertengkaran yang terjadi setiap hari, anak-anak muda yang lebih memilih main game seharian tanpa penghasilan, pelecehan atau kekerasan seksual (bahkan hal ini udah ditingkat kritis, pelakunya masih bocah, lho), belum lagi masalah lain kayak anak kecil yang udah kena gagal ginjal sampai harus cuci darah, gadis umur 20-an yang meninggal karena gaya hidup gak sehat, hhmmm pokoknya banyak!

Percaya gak percaya, kita memang lagi menuju seleksi alam. Bumi pun lagi menuju keseimbangannya lewat bencana-bencana yang terjadi, bencana-bencana yang menumbalkan nyawa manusia. Kayaknya kita harus buru-buru sadar gak sih, kita tuh gak ada apa-apanya. Jangankan buat dunia, buat diri sendiri aja kita gak mampu. Yap, manusia selalu menjerumuskan dirinya sendiri ke lembah jurang neraka hanya demi memuaskan hawa nafsunya. Padahal, jika kita lihat situasi dunia saat ini, hawa nafsu kayaknya gak penting lagi, deh. 

Manusia yang benar-benar melek dengan kondisi dunia saat ini cuma manusia yang sudah menemukan ruh spiritualnya. Tapi ilmu aja gak guna kalau ilmunya gak diterapin, kan. Sebenarnya kuncinya gampang, cuma bersyukur aja dan jauhkan diri dari sifat-sifat over consumption. Coba jawab, berapa banyak makanan yang kebuang setiap kamu gak habis makannya? Berapa banyak baju yang kebuang atau gak terpakai di dalam lemari kamu? Hitung juga berapa banyak polutan, sampah, limbah, dll, yang mengotori Bumi ini? Sedih sih kalau kamu lihat beritanya!

Buat aku pribadi, kadang aku sadar apa yang salah dari gaya hidup manusia modern, makanya aku mulai mengurangi sedikit demi sedikit hal-hal yang gak perlu. Menekan hal-hal yang gak penting dan bilang ke diri sendiri kalau, "Oh sebenarnya bisa lho gue gak pake ini" atau "Oh sebenarnya gampang lho buat peduli sama alam" 

Di satu sisi, banyak pengalaman atau istilahnya asam-pahit kehidupan yang udah aku icip-icip. Ada rasa manis, asin, getir, asam, bahkan pahit sekalipun yang udah aku cobain. Sampai akhirnya aku ngerasa kalau Tuhan memang membawaku ke tempat-tempat yang gak terduga. Jika kamu berpikir kalau aku mendapatkan apa yang aku mau, kamu salah! Aku justru dituntun ke situasi dan tempat yang gak pernah terlintas di kepalaku sama sekali.

Sedih banget sebenarnya kalau diceritain, tapi lebih sedih lagi nasib Bumi dan anak-cucu kita kelak. Mungkin ada yang bilang, "Kan, semua manusia mati." Ya, emang benar semua manusia pasti mati, tapi bukan itu masalahnya, tapi lebih ke mindset kita dan tindakan kita ke masa depan. Emang kamu gak sedih lihat anak-cucu kamu kelak mengalami krisis multidimensi yang semakin menggila ini.

Jujur, aku justru banyak belajar soal ini dari rasa ibaku terhadap manusia-manusia yang gak beruntung di luar sana. Manusia-manusia yang celaka karena kebodohannya sendiri. Tapi di sisi lain, manusia ini justru menyalahkan Tuhan, padahal sumber masalahnya ada di diri sendiri. Gak mau memperbaiki diri tapi lebih suka nyalahin Tuhan. Jangankan Tuhan, bantal aja gak salah apa-apa disalahin, katanya lehernya sakit karena SALAH BANTAL. Bener-bener di luar nurul, kan.

Aku ngerasain banget problema dalam sebuah keluarga. Aku udah gak punya ayah dan ibu, abang-abangku juga banyak yang meninggal, sisanya kita gak tahu kabar masing-masing. Ya, karena memang serumit itu. Bahkan, di satu momen, aku pernah berpikir untuk udahan aja, dalam artian, ngapain sih hidup lama-lama, apa yang mau dikejar dari kehidupan segelap ini?

Ya udah segitu dulu. Nanti kita lanjut lagi.

0 komentar