Kakek dan nenek moyangku, tidakkah kau melihat jeritan dan penderitaan generasimu? Warisan seperti apa yang telah kau warisi kepada mereka?
Apa dosamu, sehingga harus ditanggung oleh generasimu? Apa dosa itu menurun dari aliran darah di nadi generasimu? Tidakkah kau lihat, Indonesia sedang menangis. Menangisi seluruh alam yang katanya sedang murka.
Alam tidak mungkin zhalim. Mereka berjalan sesuai fitrahnya. Mereka terlalu lelah dengan tangan-tangan jahil manusia yang terus merusak. Berhentilah menyalahkan Tuhan dan alam. Semua ini ada benang merahnya. Selalu ada sebab dan akibat. Karena hukum alam itu pasti.
Gempa bumi terjadi karena salah satu faktor yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Manusia terlalu serakah, mereka mengeksploitasi alam dengan berlebihan. Pengeboran minyak dan gas alam adalah salah satu penyebab terjadinya gempa bumi. Manusia sudah terlalu jauh menggangu ketentraman alam. Tak lelahkah kau terus berpura-pura kalau kemurkaan alam adalah sesuatu yang tak dapat kau ubah? Berhentilah mengeruk uang dan kekayaan darinya!
Allah SWT berfirman:
فَاَ صَا بَهُمْ سَيِّاٰتُ مَا كَسَبُوْا ۗ وَا لَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْ هٰۤؤُلَآ ءِ سَيُصِيْبُهُمْ سَيِّاٰتُ مَا كَسَبُوْا ۙ وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِيْنَ
fa ashoobahum sayyi`aatu maa kasabuu, wallaziina zholamuu min haaa`ulaaa`i sayushiibuhum sayyi`aatu maa kasabuu wa maa hum bimu'jiziin
"Lalu mereka ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka perbuat. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka juga akan ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka kerjakan dan mereka tidak dapat melepaskan diri."
(QS. Az-Zumar 39: Ayat 51)
Masuk ke tahun 2020. Itu mengapa saya tidak terlalu antusias dengan pergantian tahun. Bukan hura-hura dan pesta kembang api yang saya nantikan, tapi saya selalu bertanya, ada berita besar apalagi di tahun 2020?
Manusia terlalu dibuat lupa diri dengan perayaan, tapi sebenarnya kita melupakan makna yang sesungguhnya. Mungkin itu mengapa kita dihadiahi dengan musibah kebanjiran yang melanda beberapa wilayah di Indonesia, khususnya Jakarta. Mungkin Tuhan ingin kita bebenah diri, dan merenungkan segala kesalahan kita. Tapi sayangnya, kita terlalu angkuh dan sulit mengakui kesalahan sekecil apapun. Kita lebih mudah menyalahkan. Bahkan kebanjiran yang terjadi di Jakarta saja, kita lebih mudah menyalahkan hujan, gubernur, atau siapapun itu yang ingin kita salahkan. Tapi kita lupa, kalau terkadang kita suka buang sampah sembarangan. Kita melupakan kesalahan kita yang kecil sekalipun.
Sadarkah kamu, bukan alam yang tidak bersahabat dengan manusia, tapi manusialah yang memulai permusuhan dengan alam. Apa yang tidak alam berikan kepada kita? Tanaman, sayur-mayur, buah-buahan, makanan yang kita makan hari ini, semua disediakan oleh alam. Tapi beberapa abad terakhir, manusia menciptakan permusuhan dengan alam. Manusia menebang abis semua hutan, merusak ekosistem, mengeruk alam sampai perut bumi, menciptakan kegaduhan dengan semua senjata nuklirnya, dan masih banyak lagi. Masihkah kita menyalahkan alam?
Tuhan menciptakan semesta alam ini sesuai fitrahnya. Jadi sudah pahamlah kita, bahwa alam tidak pernah mengkhianati penciptaannya. Itu artinya, manusialah yang harus kembali kepada fitrahnya.
Source image: merdeka.com
0 komentar