Paradoks kehidupan
Kamu tahu apa itu zona nyaman? Itu lho, yang bahasa bulenya comfort zone. Tapi, bukan itu yang saya pertanyakan sesungguhnya. Zona nyaman digadang-gadang sebagai zona yang aman dan nyaman dalam menjalani kehidupan, dan dianggap hanya memiliki sedikit risiko, namun meskipun begitu, mereka yang berada di zona ini cenderung stagnan.
Jika kita pikirkan secara mendalam, benarkah zona nyaman itu memang benar ada, atau mungkin, zona nyaman adalah produk pemikiran modernitas, yang pintar memanipulasi pemikiran kita. Saya akan membahasnya lebih lanjut.
Semisal sebuah contoh, ada seorang anak manusia yang setelah lulus kuliah ingin mencari kerja di perusahaan tertentu. Setiap hari dia mencari lowongan kerja ke sana ke mari. Menghabiskan ongkos, waktu, tenaga, bahka pikiran. Karena di luar sana, sudah banyak tetangga yang membicarakannya sebagai bujang pengangguran yang tak kunjung mendapat kerja. Apalagi, dia sudah memiliki gelar sarjana. "Oh, mengapa dunia begitu kejam!" katanya.
Lambat laun, ada seorang kerabat yang bekerja di salah satu perusahaan. Kebetulan perusahaannya sedang mencari karyawan baru. Untunglah, si pemuda ini akhirnya ditawarkan untuk melamar kerja di perusahaan itu. Karena berbasis 'orang dalam', akhirnya pemuda ini pun diterima di perusahaan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, si pemuda ini merasa nyaman bekerja di perusahaan tersebut. Itu karena upah yang cukup untuk menghidupi dirinya beserta keluarganya, ditambah lagi cicilan-cicilan perabotan mamanya yang bisa terbayar setiap bulannya. Eh, smartphone juga, deng! Yang keluaran terbaru, biar tidak gengsi di kantor! Belum lagi insentif tambahan, tunjangan, dan asuransi. "Wow! Bagaimana tidak nyaman!" ungkap salah satu tetangganya yang julid.
Suatu hari, pemuda ini bertemu dengan seorang sahabat lama yang mengajaknya untuk berbisnis. Dia bingung, karena baginya memulai bisnis itu membutuhkan nyali yang besar. Dia takut jika uang tabungan hasil kerjanya harus hangus bila bisnis yang dijalaninya tidak sesuai yang diharapkan. "Yailah, Bro! Jangan berada di zona nyaman saja, sekali-kali ambil risiko besar. Nanti kalau berhasil, kau juga yang untung."
Ceritanya cukup sampai di situ, ya! Karena saya tidak berniat menulis cerpen apalagi novel. Gantinya, saya akan mengurai cerita umum tersebut menjadi sebuah pertanyaan dan penjelasan agar kita semua semakin rasional dalam menyikapi suatu peristiwa dalam kehidupan.
Pertanyaannya, apakah benar jika seseorang sudah nyaman dalam apa pun itu yang ditekuninya, disebut sebagai zona nyaman? Menurut saya, nyaman itu belum ada di dunia ini. Nyaman yang dimaksud banyak orang mungkin nyaman dalam hal materialistis, nyaman dalam bentuk kemalasan (seperti berleha-leha), nyaman karena hidupnya tidak berkonflik, atau nyaman dengan menggeluti apa yang disukai.
Nyaman itu tingkatan tertinggi dalam kehidupan. Kita harus mencapai rasa aman dahulu, baru rasa nyaman. Jika pikiran kita masih diselimuti dengan pikiran negatif, ketakutan, kecemasan, kesepian, atau bahkan depresi, tandanya hidup ini tidak aman. Bagaimana bisa kita mencapai zona nyaman, jika aman saja tidak bisa kita dapatkan.
Mungkin beberapa orang di luar sana bisa menghasilkan banyak uang, memperkaya diri dengan apa yang mereka sukai, atau menikmati hasil dari jerih payahnya sendiri, tapi, apakah mereka sudah aman? Nyatanya, tidak!
Di luar sana, mereka yang berkecukupan secara finansial, nyatanya hidup dalam kecemasan dan ketakutan. Merasa cemas jika tidak dihormati (gila penghormatan), merasa takut jika jatuh miskin (sekarang kamu tahu kan mengapa banyak orang miskin), cemas dan takut jika rumahnya disatroni maling, takut hartanya dirampas saudara sendiri. Lalu, adakah rasa aman di situ? Coba pikirkan lah rasa ketidakamanan kamu ketika berada di zona nyaman menurutmu.
Jadi, apa zona nyaman itu sesungguhnya? Mari jelajahi gagasan zona nyaman untuk melihat apakah itu bisa membuatmu bahagia? Zona nyaman itu bukanlah tempat yang nyata. Ini adalah gagasan yang dibuat oleh pikiran kita sendiri. Atau manipulasi otak membodohi kita. Ya, tujuannya hanya untuk membuat kita merasa aman, tapi nyatanya tidak.
Zona nyaman biasanya meliputi kehidupan kita — hubungan, pilihan hidup, cara kita menghabiskan waktu — bahkan pola pikiran dan perasaan. Untuk mengecualikan hal-hal yang kita takuti atau tidak nyaman.
Zona nyaman, semata-mata cara otak kita untuk mengelabuhi rasa cemas itu sendiri, seperti emosi yang selama ini kita hindari, perubahan yang tampak berisiko, potensi dan kemungkinan yang tidak sesuai harapan, yang tidak kita ketahui, di luar apa yang kita yakini, dll.
Kita hanya menggambar garis imajiner dari apa yang mungkin membuat kita terjebak, takut, dan merasa tidak puas. Merasa tidak berharga, ragu, menganggap diri kita sebagai korban — ini adalah bagian dari zona nyaman. Merasa nyaman dengan ketidaknyamanan.
Apapun itu bentuknya, kita tidak sedang berada dalam dunia yang damai, sejahtera. Semua itu belum terwujud. Namun, bukan berarti hal itu tidak bisa terwujud.
0 komentar