Jangan ringkih, kau bukan satu-satunya yang terluka
Aku sering sekali mendengar keluh kesah orang lain, termasuk dirimu. Tapi, entah mengapa aku tak pernah mengungkapkan keluh kesahku sendiri kepada orang lain. Itulah sebabnya, aku sering berdebat sendiri dengan otakku.
Aku rasa, kita semua memiliki banyak masalah. Terlalu banyak bahkan. Sampai kita lupa untuk berpikir jernih. Lupa bahwa kita bukan satu-satunya yang menghadapi segala duka dan kesedihan ini. Kita hanya ingin didengarkan bukan, mungkin sedikit dukungan untuk membenarkan apa yang selama ini kita yakini.
Sering kali, orang terdekat tidak mampu memahami kita. Bahkan, mungkin selama ini kita berjuang sendiri, mengandalkan diri sendiri untuk bertahan, dan juga merangkul segala keresahan yang setiap saat mendera. Tapi sekali lagi, kita bukan satu-satunya.
Kadang aku berpikir, semesta memang terlalu sibuk untuk mengurusi banyak hal. Tak melulu keluh kesah kita yang tidak ada apa-apanya ini. Masalah pribadi kita ini sangat kecil, lebih kecil dari apapun yang ada di dunia ini.
Setiap hari, dunia diguncang banyak masalah, kemarutan, dan pertumpahan darah. Masalah kita, tak ada setetes pun dari pertumpahan darah yang terjadi setiap harinya di luar sana. Boleh dibilang, kita ini insan yang cengeng. Hanya saja tangisan itu kadang tak terdengar di telinga orang lain, bahkan di telinga kita sendiri.
Seharunya, kekejaman yang terjadi menimpa batin dan raga kita, membuat kita jauh semakin kuat. Karena dunia ini terlalu keras untuk jiwa-jiwa yang lemah. Sama sepertiku, yang berusaha untuk tetap bertahan dalam pertempuran kehidupan yang tak ada hentinya.
Terkadang, kita mencari pelarian untuk mengistirahatkan pikiran. Entah dengan hal positif maupun sesuatu yang merugikan diri sendiri. Tak mengapa jika itu yang kamu butuhkan, tapi kamu sendiri yang akan menanggung konsekuensinya. Ingat, kawan! Surga dan neraka di kehidupan itu kita sendiri yang menentukan. Mungkin, bisa saja derasnya hujan, yang ikut turun bersama luruhnya air mata.
Semesta hari ini masih berjuang. Berjuang mencapai titik kedamaiannya, titik kesetimbangannya, dan titik harapannya. Tidak sepatutnya kita mengandalkan semesta untuk mengerti semua derita kita. Kita yang seharusnya sadar beban sebesar apa yang ditanggung semesta selama ini.
14 November 2020
0 komentar