Bagaimana semua itu bila dikaitkan dengan hati. Tentang perasaan. Apakah kebutuhan dan keinginan itu akan sama? Apakah kehidupan akan seadil itu mewakili kemauan kita?
Jika bicara soal hati dan perasaan, semua tampak rumit dan membingungkan. Kamu bisa bersama dengan seseorang, tapi belum tentu kamu memberikan seutuhnya.
Ini perihal kedewasaan, karena cinta monyet bukan lagi bumbu dalam perjalanan.
Kamu berhak memiliki pilihan. Meski pilihan yang kamu tuju tak pernah memiliki jawabannya. Kamu boleh mencintai seseorang, meski orang itu tak berbalas demikian.
Kalau begitu, ada hal-hal kecil yang mungkin terbengkalaikan olehmu. Mungkin saja kamu melupakan orang-orang yang mencintaimu dengan tulus, demi memenuhi renjana yang katanya terbaik buat dirimu.
Atau kamu terlalu egois dengan pilihanmu. Yang ternyata bukan yang terbaik bagimu.
Bagiku renjana banyak versinya. Disaat kamu begitu menyukai seseorang, sebagian orang akan mati-matian untuk memiliki keistimewaan itu. Tapi ada sedikit orang yang membiarkan perasaan itu terpendam hingga akhir hayat. Mereka berpikir, menyukai memang semudah melihat bunga cantik di jalan. Kamu bisa saja memetiknya dan membuat bunga itu layu untuk selamanya. Namun memilih untuk tidak memetiknya dan membiarkan bunga itu tumbuh mekar dengan sempurna, merupakan pilihan yang matang.
Begitulah renjana terhadap makhluk hidup.
Bila renjanamu sungguh-sungguh murni, tak tercampur oleh panasnya gairah. Kamu akan lebih memilih untuk membiarkan orang itu bahagia untuk selamanya. Meski harus mengorbankan perasaanmu.
0 komentar