Aku pernah berada dalam suatu rumah sederhana yang memiliki tangga kayu rapuh di dalamnya. Kerak kotor hitam yang menempel di sela-sela dapur. Atau kamar mandi dengan keramik redupnya. Aku menikmatinya, karena hampir setiap hari aku berada di sana. Bergulat bersama dengan waktu.
Mungkin aku salah dan bodoh jika aku merindukan kebendaan kolot itu. Aku hanya merindukan kenangannya. Ketika seorang ibu mulai memasak di jam sepuluh pagi. Mengepulkan asap saat menggoreng ikan atau menumis sayuran.
Atau mungkin seorang bapak yang menikmati singkong rebus dengan kopi hitamnya. Anak laki-laki yang hanya bergemuruh dengan pijakan kakinya. Sepasang mata yang saling melirik dengan sinis. Itu lah nilai uniknya.
Kadang, absurd itu menjengkelkan. Tapi disuatu hari dan suatu tempat yang berbeda, begitu dirindukan. Mungkin itu cara kita memahami hidup. Bahwa ada orang-orang yang tak sejalan yang bahkan bisa kita rindukan.
Semua diluar dugaan, ketika tak kudapati itu semua.
Gang kecil berubah menjadi halaman besar dengan rumput runcingnya. Sesekali kulihat kupu-kupu menukik di atas pohon. Yang dulu tak pernah kutemui. Sangking langkanya tanaman.
Ada masa berubah. Ada masa resolusi. Ada masa revolusi. Ada masa pergantian. Ada masa hijrah. Hanya dari sana kamu bisa merasakan sebuah perbedaan.
Lupakan mengenai kecanggungan. Itu hanya terjadi di awal. Risih memang. Tapi akhirnya menikmati juga.
Kaki yang sama dapat bertumpu pada lantai dan tanah yang berbeda. Kerlingan yang sama tak dapat memandang sesuatu yang sama.
Syukuri, syukuri dan syukuri, agar tak ada lagi penyesalan yang membelenggu.
Guys, looking my video. You can like, comment or subscribe if you enjoy it.
Subscribe back? Tell me. Thanks!
0 komentar