Tempat di mana fisik ini berteduh dari hujan dan panas.
Kupastikan sandang itu ada,
Meskipun kaus usang yang sobek-sobek di bagian leher dan punggungnya.
Kupastikan sandang itu ada,
Meskipun kaus usang yang sobek-sobek di bagian leher dan punggungnya.
Kutambah semua jenis makanan di lemari pendingin, kopi panas pun tak mungkin terlewatkan.
Saat sukar, kujanjikan perut ini tak akan kelaparan, meski hanya singkong rebus dan air putih.
Kugambari dinding ini agar lebih berwarna, tapi ceria tidak didapatkan semudah itu.
Kupenuhi jiwa kosong ini dengan kehadiran, namun aku tidak memastikan bahwa itu berhasil.
Kubawa dia si malang, kucing yang bertahan hidup dari belas kasihan warga komplek.
Namun, kosong.
Beep...
Lagi-lagi elegi memilukan itu terdengar.
Layaknya seorang pasien yang baru saja meninggal dunia.
Kertas kosong itu berhasil kutulis.
Tapi ruh itu seolah hilang, tak terhembuskan di mana pun.
Adegan demi adegan tercurah hanya sekedar pelipur lara.
Amplop itu akan tetap menjadi dia yang malang.
Yang tidak pernah berisi sogokan, santunan atau bahkan surat.
Beep...
0 komentar