Akulah sang Arwah. Melintasi kota muram, aku pergi.
Melintasi kedukaan abadi, aku berlari.
Akulah sang Arwah.
Di sini, segala keraguan harus ditinggalkan.
Mereka tidak memahami apa yang terjadi... juga apa yang telah kulakukan untuk mereka!
Dunia yang tidak tahu berterima kasih!
Kegilaan membiakkan kegilaan.
Justru demi Tuhan, aku tidak mau.
Karena itulah aku memanjat hingga setengah-jalan ke surga.
Tuntun aku, wahai Virgil, melintasi kehampaan.
O, orang-orang bebal berkepala batu! Tidakkah kalian melihat masa depan?
Tidakkah kalian memahami kecemerlangan ciptaanku?
Keharusan itu? - Inferno
Pertengahan 2017 lalu, saya melihat sebuah novel terbaru karya Dan Brown di toko buku. Setelah sebelumnya saya mengenal Dan Brown sebagai penulis kontroversial akibat tulisan-tulisannya (salah satunya The Da Vinci Code) yang pernah saya baca.
Kepandaiannya dalam menciptakan karakter kuat bernama Robert Langdon, seorang profesor fiksi ikonologi dan simbologi di Universitas Harvard, memang patut diacungi jempol.
Tapi kali ini saya akan mengulas novel Dan Brown yang berjudul Inferno. Ini judul terseram dari sebuah novel yang pernah saya baca. Inferno, yang berarti Neraka. Meskipun novel ini memang terinspirasi dari puisi epik Dante Alighieri, The Divine Comedy, yang menggambarkan neraka sebagai jagat berstruktur rumit di huni oleh entitas-entitas yang dikenal sebagai "arwah"-jiwa tanpa-raga yang terperangkap di antara kehidupan dan kematian. Dan tentu saja, menurut novel ini, neraka yang dimaksudkan bukanlah neraka setelah kita mati, melainkan neraka yang ada di dunia. Penasaran? Saya ulas lagi lebih dalam.
Awalnya, novel ini menceritakan tentang Robert Langdon yang terbangun dari mimpinya yang menyeramkan. Dia memimpikan seorang wanita bercadar yang memintanya untuk menemukan sesuatu. Saat terbangun, dia menemukan dirinya berada di dalam sebuah rumah sakit dengan keadaan amnesia. Di sinilah dia bertemu dengan Sienna Brooks, seorang dokter yang merawatnya.
Konflik semakin memanas ketika seorang perempuan berseragam mencoba membunuh Robert Langdon di rumah sakit, namun Sienna membawa Robert untuk melarikan diri.
Ada satu hal yang menarik dalam novel ini, seorang ilmuan bernama Zobrist. Saya antara kagum dan bingung untuk menilai karakter ini. Zobrist bisa dikatakan gila karena dia terobsesi untuk membuat wabah yang disinyalir mematikan, atau istilahnya senjata biologis untuk memusnahkan sebagian populasi dunia.
Sebelumnya, Zobrist pernah mengunjungi dokter Elizabeth yang merupakan kepala WHO (World Health Organization), untuk mengajaknya bekerja sama. Dia mengungkapkan fakta-fakta mencengangkan mengenai populasi dunia, yang sesungguhnya sudah diketahui oleh Dr. Elizabeth hanya saja dia tidak mengkhawatirkan berlebihan hal tersebut.
"Sejarah pertumbuhan populasi manusia bahkan lebih dramatis. Populasi dunia, seperti tumpukan kertas kita, awalnya sangat sedikit... tapi potensinya mengkhawatirkan." - hal 146.
"Seperti yang Anda ketahui, sekali lagi WHO telah meningkatkan prediksinya, memperkirakan penduduk bumi akan menjadi sekitar sembilan miliar sebelum pertengahan abad ini. Spesies hewan akan punah dengan tingkat percepatan yang drastis. Permintaan terhadap sumber-daya alami yang semakin menyusut akan meroket. Air bersih kian sulit ditemukan. Berdasarkan pengukuran biologis apa pun, spesies kita telah melampaui jumlah yang bisa kita pertahankan. Dan, di hadapan bencana ini, WHO-penjaga gerbang kesehatan planet ini-justru berinvestasi dalam hal-hal seperti menyembuhkan diabetes, memenuhi bank darah, dan memerangi kanker."
Zobrist menjelaskan bahwa overpopulasi mengakibatkan banyak derita buruk di masa depan, seperti memengaruhi jiwa manusia karena dibawah tekanan overpopulasi, mereka yang tidak pernah berpikir untuk mencuri, akan menjadi pencuri untuk memberi makan keluarga mereka. Mereka yang tidak pernah berpikir untuk membunuh, akan menajdi pembunuh untuk mempertahankan anak-anak mereka.
Baginya, overpopulasi merupakan penggambaran besar dari Malebolge-nya Dante. Sebuah goa bercorong besar yang terbagi dari sepuluh parit konsentris-yang merupakan penggambaran simbolis dari hukuman orang-orang yang memasuki neraka. Keserakahan, kerakusan, pengkhianatan, pembunuhan, dan sebagainya.
Itulah yang terjadi saat ini, ketika seorang bapak harus merampok demi mengobati anaknya yang sakit. Atau ketika seorang ibu menjual anaknya sendiri demi memenuhi kebutuhan hidup. That's real!
Dalam fakta ini, saya sempat merenungkan semua yang telah terjadi di jaman ini. Dan itu menakutkan. Ketika kenyamanan telah hilang di muka bumi, ketika semua manusia berubah menjadi binatang yang tak beradab, dan pertempuran jiwa manusia pun di mulai.
Dalam novel ini, Robert Langdon berusaha memulihkan ingatannya di samping kejaran agen Konsorsium, tim SRS, anggota WHO, dan kepolisian setempat yang berusaha untuk menangkapnya. Namun, kehadiran Sienna sangat membantu Robert di situasi genting tersebut, hingga ingatan Robert kembali pulih dan mereka berdua berhasil memecahkan puisi misterius yang ditulis Zobrist.
Langdon sadar, selama ini dia dimintai bantuan oleh kepala WHO untuk memecahkan puisi gelap Zobrist, di mana puisi itu menuntunnya untuk menemukan wabah yang disembunyikan Zobrist. Namun setelah dia berhasil memecahkan puisi itu, dan mengetahui keberadaan wabah tersebut, ternyata Sienna mengkhianatinya.
Diketahui pasti, Sienna merupakan kekasih dari seorang Zobrist. Mereka berdua memiliki visi dan misi yang sama untuk dunia. Diceritakan bahwa Sieena kecil pernah hidup dalam keresahan yang mengkhawatirkan, dia seorang anak yang pintar dengan IQ yang sangat tinggi. Pemikirannya yang tinggi membuatnya tidak bisa bergaul dan akhirnya tidak diterima oleh teman sebayanya, dan dia merasa terasingkan ketika semua orang yang ditemuinya tidak bisa memahami atau menerima dirinya.
"Aku merasa bukan bagian dari apapun. Seseorang yang normal. Sekarang mereka juga membenciku. Aku ingin lebih bahagia-bukan menjadi zombie!" - hal 489
Krisis kepercayaan terjadi saat Sieena mencoba menjadi orang baik, karena selama ini dia selalu mengasihani dirinya sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain. Sienna mencoba untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain, sampai akhirnya dia melakukan aksi layanan masyarakt untuk menolong orang-orang yang tidak mampu.
Tetapi dia kembali resah dan frustasi saat mengunjungi Manila di Filipina. Yang di novel digambarkan sebagai kota dengan kemacetan yang tinggi, polusi udara, banyaknya pencopet dan prostitusi yang melibatkan anak di bawah umur yang mucikarinya orangtuanya sendiri (ungkapan ini sempat dicekal dan menjadi kontroversial di Filipina). Sienna mendadak tak berdaya, dia dapat melihat kemanusiaan ditaklukan oleh naluri dasar untuk bertahan hidup.
Saat melihat semua itu masa depresinya melanda kembali, bahkan di sana dia sempat di perkosa oleh beberapa pemuda, namun aksi mereka digagalkan oleh seorang wanita tua. Dari sanalah, hidup Sienna jauh lebih terpuruk, bahkan dia bingung harus melangkahkan kakinya ke mana.
Di sinilah bagian yang saya suka, Dan Brown menyelipkan cerita gelap mengenai kekhawatiran akan masa depan dunia melalui kisahnya. Hingga akhirnya, Sienna menghadiri pembicaraan Zobrist, hingga suatu malam mereka bercerita dan Sienna merasa memiliki kecocokan dengan ilmuan ini.
Kesimpulan:
Novel ini memiliki alur cerita yang baik. Kisahnya diungkapkan secara apik dan terperinci melalui sudut pandang orang ketiga. Enigma di setiap penggambarannya sangat menggugah untuk diikuti terus-menerus, tidak bakalan bosen baca novel ini. Saya tidak bisa menceritakan akhir dari perjalanan kisah Inferno ini, nanti jatuh-jatuhnya jadi spoiler. Lebih baik kalian cari tahu sendiri endingnya seperti apa. Hehe...
Catatan:
Diusahakan untuk kalian yang ingin menonton filmnya, sebaiknya baca novelnya terlebih dahulu. Karena filmnya tidak sesuai dengan beberapa plot di dalam novel. Ada beberapa plot yang diubah di dalam filmnya. Seperti perpisahan Robert dan Sienna, pertemuan Zobrist dan Dr. Elizabeth, serta hubungan Robert dan Dr. Elizabeth (kalian bisa membandingkannya sendiri).
Kepandaiannya dalam menciptakan karakter kuat bernama Robert Langdon, seorang profesor fiksi ikonologi dan simbologi di Universitas Harvard, memang patut diacungi jempol.
Tapi kali ini saya akan mengulas novel Dan Brown yang berjudul Inferno. Ini judul terseram dari sebuah novel yang pernah saya baca. Inferno, yang berarti Neraka. Meskipun novel ini memang terinspirasi dari puisi epik Dante Alighieri, The Divine Comedy, yang menggambarkan neraka sebagai jagat berstruktur rumit di huni oleh entitas-entitas yang dikenal sebagai "arwah"-jiwa tanpa-raga yang terperangkap di antara kehidupan dan kematian. Dan tentu saja, menurut novel ini, neraka yang dimaksudkan bukanlah neraka setelah kita mati, melainkan neraka yang ada di dunia. Penasaran? Saya ulas lagi lebih dalam.
Awalnya, novel ini menceritakan tentang Robert Langdon yang terbangun dari mimpinya yang menyeramkan. Dia memimpikan seorang wanita bercadar yang memintanya untuk menemukan sesuatu. Saat terbangun, dia menemukan dirinya berada di dalam sebuah rumah sakit dengan keadaan amnesia. Di sinilah dia bertemu dengan Sienna Brooks, seorang dokter yang merawatnya.
Konflik semakin memanas ketika seorang perempuan berseragam mencoba membunuh Robert Langdon di rumah sakit, namun Sienna membawa Robert untuk melarikan diri.
Ada satu hal yang menarik dalam novel ini, seorang ilmuan bernama Zobrist. Saya antara kagum dan bingung untuk menilai karakter ini. Zobrist bisa dikatakan gila karena dia terobsesi untuk membuat wabah yang disinyalir mematikan, atau istilahnya senjata biologis untuk memusnahkan sebagian populasi dunia.
Sebelumnya, Zobrist pernah mengunjungi dokter Elizabeth yang merupakan kepala WHO (World Health Organization), untuk mengajaknya bekerja sama. Dia mengungkapkan fakta-fakta mencengangkan mengenai populasi dunia, yang sesungguhnya sudah diketahui oleh Dr. Elizabeth hanya saja dia tidak mengkhawatirkan berlebihan hal tersebut.
"Sejarah pertumbuhan populasi manusia bahkan lebih dramatis. Populasi dunia, seperti tumpukan kertas kita, awalnya sangat sedikit... tapi potensinya mengkhawatirkan." - hal 146.
"Seperti yang Anda ketahui, sekali lagi WHO telah meningkatkan prediksinya, memperkirakan penduduk bumi akan menjadi sekitar sembilan miliar sebelum pertengahan abad ini. Spesies hewan akan punah dengan tingkat percepatan yang drastis. Permintaan terhadap sumber-daya alami yang semakin menyusut akan meroket. Air bersih kian sulit ditemukan. Berdasarkan pengukuran biologis apa pun, spesies kita telah melampaui jumlah yang bisa kita pertahankan. Dan, di hadapan bencana ini, WHO-penjaga gerbang kesehatan planet ini-justru berinvestasi dalam hal-hal seperti menyembuhkan diabetes, memenuhi bank darah, dan memerangi kanker."
Zobrist menjelaskan bahwa overpopulasi mengakibatkan banyak derita buruk di masa depan, seperti memengaruhi jiwa manusia karena dibawah tekanan overpopulasi, mereka yang tidak pernah berpikir untuk mencuri, akan menjadi pencuri untuk memberi makan keluarga mereka. Mereka yang tidak pernah berpikir untuk membunuh, akan menajdi pembunuh untuk mempertahankan anak-anak mereka.
Baginya, overpopulasi merupakan penggambaran besar dari Malebolge-nya Dante. Sebuah goa bercorong besar yang terbagi dari sepuluh parit konsentris-yang merupakan penggambaran simbolis dari hukuman orang-orang yang memasuki neraka. Keserakahan, kerakusan, pengkhianatan, pembunuhan, dan sebagainya.
Itulah yang terjadi saat ini, ketika seorang bapak harus merampok demi mengobati anaknya yang sakit. Atau ketika seorang ibu menjual anaknya sendiri demi memenuhi kebutuhan hidup. That's real!
Dalam fakta ini, saya sempat merenungkan semua yang telah terjadi di jaman ini. Dan itu menakutkan. Ketika kenyamanan telah hilang di muka bumi, ketika semua manusia berubah menjadi binatang yang tak beradab, dan pertempuran jiwa manusia pun di mulai.
Dalam novel ini, Robert Langdon berusaha memulihkan ingatannya di samping kejaran agen Konsorsium, tim SRS, anggota WHO, dan kepolisian setempat yang berusaha untuk menangkapnya. Namun, kehadiran Sienna sangat membantu Robert di situasi genting tersebut, hingga ingatan Robert kembali pulih dan mereka berdua berhasil memecahkan puisi misterius yang ditulis Zobrist.
Langdon sadar, selama ini dia dimintai bantuan oleh kepala WHO untuk memecahkan puisi gelap Zobrist, di mana puisi itu menuntunnya untuk menemukan wabah yang disembunyikan Zobrist. Namun setelah dia berhasil memecahkan puisi itu, dan mengetahui keberadaan wabah tersebut, ternyata Sienna mengkhianatinya.
Diketahui pasti, Sienna merupakan kekasih dari seorang Zobrist. Mereka berdua memiliki visi dan misi yang sama untuk dunia. Diceritakan bahwa Sieena kecil pernah hidup dalam keresahan yang mengkhawatirkan, dia seorang anak yang pintar dengan IQ yang sangat tinggi. Pemikirannya yang tinggi membuatnya tidak bisa bergaul dan akhirnya tidak diterima oleh teman sebayanya, dan dia merasa terasingkan ketika semua orang yang ditemuinya tidak bisa memahami atau menerima dirinya.
"Aku merasa bukan bagian dari apapun. Seseorang yang normal. Sekarang mereka juga membenciku. Aku ingin lebih bahagia-bukan menjadi zombie!" - hal 489
Krisis kepercayaan terjadi saat Sieena mencoba menjadi orang baik, karena selama ini dia selalu mengasihani dirinya sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain. Sienna mencoba untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain, sampai akhirnya dia melakukan aksi layanan masyarakt untuk menolong orang-orang yang tidak mampu.
Tetapi dia kembali resah dan frustasi saat mengunjungi Manila di Filipina. Yang di novel digambarkan sebagai kota dengan kemacetan yang tinggi, polusi udara, banyaknya pencopet dan prostitusi yang melibatkan anak di bawah umur yang mucikarinya orangtuanya sendiri (ungkapan ini sempat dicekal dan menjadi kontroversial di Filipina). Sienna mendadak tak berdaya, dia dapat melihat kemanusiaan ditaklukan oleh naluri dasar untuk bertahan hidup.
Saat melihat semua itu masa depresinya melanda kembali, bahkan di sana dia sempat di perkosa oleh beberapa pemuda, namun aksi mereka digagalkan oleh seorang wanita tua. Dari sanalah, hidup Sienna jauh lebih terpuruk, bahkan dia bingung harus melangkahkan kakinya ke mana.
Di sinilah bagian yang saya suka, Dan Brown menyelipkan cerita gelap mengenai kekhawatiran akan masa depan dunia melalui kisahnya. Hingga akhirnya, Sienna menghadiri pembicaraan Zobrist, hingga suatu malam mereka bercerita dan Sienna merasa memiliki kecocokan dengan ilmuan ini.
Kesimpulan:
Novel ini memiliki alur cerita yang baik. Kisahnya diungkapkan secara apik dan terperinci melalui sudut pandang orang ketiga. Enigma di setiap penggambarannya sangat menggugah untuk diikuti terus-menerus, tidak bakalan bosen baca novel ini. Saya tidak bisa menceritakan akhir dari perjalanan kisah Inferno ini, nanti jatuh-jatuhnya jadi spoiler. Lebih baik kalian cari tahu sendiri endingnya seperti apa. Hehe...
Catatan:
Diusahakan untuk kalian yang ingin menonton filmnya, sebaiknya baca novelnya terlebih dahulu. Karena filmnya tidak sesuai dengan beberapa plot di dalam novel. Ada beberapa plot yang diubah di dalam filmnya. Seperti perpisahan Robert dan Sienna, pertemuan Zobrist dan Dr. Elizabeth, serta hubungan Robert dan Dr. Elizabeth (kalian bisa membandingkannya sendiri).
0 komentar