Apa yang kau harapkan dari para pembencimu yang menganggapmu dingin, sombong, kritis, sarkastik, dan tudingan-tudingan lainnya.
Saat kau mencoba jujur, dan terbuka dengan banyak pelajaran, mungkin kau tidak akan sama seperti dahulu.
Mungkin kau harus seperti Marie Curie, "Tidak ada sesuatu dalam hidup yang perlu ditakuti, ia hanya perlu dipahami. Sekarang saatnya untuk kita mengerti lebih banyak lagi, agar kita tidak perlu takut lagi."Namun masalahnya, hidup itu tragedi. Banyak kepiluan yang berujung trauma tak berkesudahan.
Kata dia, "Semua orang memiliki masa lalu. Tak peduli seberapa buruk dan bejatnya dirimu di masa lalu, masa depan selalu menerimamu dengan lapang dada. Asalkan kau mau merubah segala kemarutan itu."
Kau menyahut, "Aku tidak membicarakan buruknya diriku, aku membicarakan dampak dan trauma besar yang diakibatkan ketidakadilan di masa lalu. Apa aku harus membicarakan seberapa parahnya itu?"
Dia kembali menjawab, "Aku bisa menyembuhkan trauma dan rasa sakit itu. Asalkan kau mau mempelajarinya bersamaku. Asalkan kau mau mengubah pribadimu yang dulu."
Lalu kau menemui para pembenci yang memiliki seribu prasangka dikepalanya, yang selalu menganggapmu limbah dan sampah plastik yang mengambang di lautan.
Para pembenci itu tak pernah meninju mukamu, tapi mereka menyindirmu melalui media dan telinga orang lain.
Saat kau merasa jatuh, kepercayaan dirimu redup, kau sendiri yang menjatuhkan dirimu karena komentar negatif mereka.
Kau menganggap lebih baik ditinju di depan mata, dari pada dikentuti dari belakang. Itu suatu penghinaan bukan?
Kau rasa, mereka tak mengenalmu sebaik kau mengenal dirimu sendiri. Kau bahkan lupa identitasmu. Kenapa kau menjadi seperti itu, dan kenapa dunia membawamu pada banyak kemunafikan.
Kau benci dengan kapitalisme, dan kau bukan milenials hedonisme. Jiwamu tua, kau bahkan lebih memilih untuk menikmati masa tuamu sebagai pemikir yang hidup dipedesaan. Atau mungkin menjadi pekebun yang menikmati hasil panen sendiri.
Kota itu candu. Selama kau di dalamnya, kau berpotensi menjadi jiwa-jiwa yang rapuh dan hipokrit.
Kau benci semarak perayaan, kau bukan manusia yang mencintai festival kemenangan.
Kau semestinya menjadi petapa yang selalu belajar hal-hal baru. Bukan mengulang rutinitas membosankan.
Kau tak butuh gaji bulanan, sebab kau tak mengumpulkan pundi-pundi kementerengan. Kau melakukan apa yang kau suka, walau dibayar dengan cacian.
Kau jiwa sederhana di bawah futuristik dunia, di bawah kendali nuklir Amerika dan Korea Utara, dan di bawah megahnya gedung pencakar langit Burj Khalifah di Arab.
0 komentar