Keadaan mampu membuat seseorang bertindak sebagaimana mestinya, bahkan menciptakan seseorang yang baru
Source image: tumblr
Keadaan mampu mendorong seseorang melakukan hal-hal bodoh, membuat seseorang stuck dalam jalan pikirannya sendiri, membuat seseorang mati rasa, menciptakan manipulasi, bahkan menghadirkan sosok yang berbeda dari sebelumnya.
Pernahkah kau merasakannya, seperti yang dirasakan gadis remaja yang harus ditinggalkan kedua orangtuanya?
Atau seorang krisis identitas yang terombang-ambing dalam dunia yang konsumtif?
Kondisi tertentu mampu membuat seseorang berani berdiri di atas tebing dan memandang ke bawah dengan nikmat, atau melihat benda tajam yang akan membawanya kepada masa depannya yang belam.
Terdengar konyol, tapi itu lah perkara hidup. Saat keadaan membawamu pada titik terbawah, kau tidak mendapatkan tempat di mana pun. Hanya benda-benda mati dan subjek-subjek menakutkan yang selalu memanggilmu. Memintamu untuk mengakhiri semuanya.
Manusia hanya peduli dengan hal-hal formal, bukan hal-hal trauma dan duka. Itu sebabnya banyak kasus yang tak terelakan.
Pernahkah kau menemui seseorang yang kau anggap akan menjadi masa depanmu, namun ternyata keadaan dan takdir tak mengizinkannya? Seolah kau hanya dipermainkan oleh perasaanmu sendiri.
Atau seseorang yang tak pernah kau harapkan hadir dan mencoba merobek ruang kosong di hatimu, namun kau tak berselera dengan keadaannya?
Lagi-lagi keadaan tidak memberimu pilihan. Seolah kondisi itulah yang harus kau hadapi. Ini bukan kuis jadi kau tak boleh memilih. Kau hanya harus menerimanya.
Saat kau dihadapi oleh persimpangan jalan, dan kau memilih untuk berjalan dalam butiran pasir, tapi lagi-lagi keadaan mendorongmu untuk memilih berjalan di atas serpihan kaca.
Keyakinanmu bak cermin yang selalu berubah-ubah, tergantung ia ditempatkan dan dihadapkan oleh tempat dan sosok yang berbeda. Itulah kau, cermin itu.
Kau lupa bahkan bingung, siapa dirimu yang sebenarnya. Dirimu itu cerminan kekecewaan, trauma, kesedihan, serpihan kebahagiaan, atau mungkin ampas-ampas kekejaman hidup.
Kau tidak lagi peduli komentar orang lain. Bahkan kau tidak lagi seambisi dahulu, yang selalu merencanakan masa depan.
Kau hanya mencoba untuk menerima apa yang terjadi hari ini, esok, dan lusa. Mencoba berpulang pada diri sendiri. Karena itulah yang kau butuhkan, bukan yang kau inginkan.
0 komentar