Semenit yg lalu kita masih berbincang tentang kegiatan kita masing-masing. Meskipun ku tahu, basi-basi itu sungguh membosankan, dan aku dengan setengah hati membalasnya.
Kurasa, sesuatu sedang ilang, atau mungkin sudah hilang.
Kau memulainya lebih dulu, mengungkapkan sesuatu yang membuatku muak. Akhirnya kuputuskan untuk meledakan semuanya di depanmu. Bukan tanpa sebab, tapi beban ini sudah seperti punuk unta.
Formalitas itu berubah menjadi ranjau yang meledak setiap kali kita ungkapkan.
Tanganku bergemetar hebat, dan mengeluarkan keringat sedingin es. Kecemasan itu memang nyata.
Kau memberikanku pilihan, yg bahkan aku tak sanggup untuk memilihnya.
Kita memutuskan untuk memulai, lalu mengapa ada pilihan untuk mengakhirinya?
0 komentar