Kisahnya sangat menakjubkan dan menginspirasi karakter hebat
pastmedicalhistory.co.uk
Sir Arthur Conan Doyle terkenal karena menulis dan menerbitkan cerita-cerita paling fantastis yang pernah ada. Sherlock Holmes telah mengilhami ribuan cerita detektif dan penggemarnya di seluruh dunia, tetapi siapa detektif yang menginspirasi jenius investigasi ini? Ya, dia adalah sosok yang bahkan bukan detektif, tidak dalam profesi sehari-harinya.
Dia mungkin tidak terlihat seperti Robert Downey Jr, tetapi Dr. Joseph Bell mirip dengan sosok legendaris yang diciptakan Doyle dalam kisah-kisahnya. Baik Holmes dan Bell sama-sama memiliki kekuatan pengamatan dan deduksi yang besar. Jika Sherlock Holmes bekerja sebagai seorang detektif, Dr. Bell menggunakan keahliannya untuk kedokteran. Siapa itu Joseph Bell sebenarnya?
1. Kehidupan awal Dr. Joseph Bell
Di bangku sekolah, Bell adalah anak yang baik dan selalu unggul dalam studinya. Ia mampu menempuh kelas James Gloag, seorang guru matematika di Akademi Edinburgh, menurut The Real Life Sherlock Holmes: A Biography of Joseph Bell. Bell pun unggul dalam beberapa bahasa, dan olahraga atletik.
2. Terjun dalam dunia kedokteran
Joseph Bell mendaftar di sekolah kedokteran di Universitas Leiden ketika dia baru berusia 17 tahun. Sekolah itu terkenal karena mendidik orang-orang seperti Rene Descartes dan John Quincy Adams. Dia juga mendapatkan kesempatan kedua di Universitas Edinburgh, di mana dia lulus diusia 22 tahun, menurut Galeri Nasional Skotlandia. Hal ini merupakan salah satu pencapaian terbesarnya.Setelah sekolah kedokteran, Bell masuk di komunitas bedah. Dia menerbitkan beberapa buku tentang kedokteran dan berpraktik sebagai ahli bedah senior di Royal Infirmary of Edinburgh sebelum menjadi ahli bedah pertama di Rumah Sakit Kerajaan Edinburgh untuk Anak Sakit. Tidak terlalu mengejutkan jika Bell terjun dalam dunia tersebut. Ayah, kakek, dan kakek buyutnya adalah ahli bedah.
3. Dari seorang dosen hingga menjadi inspirasi karakter Sherlock Holmes
Selama menjalani pekerjaan medis, Bell menjadi profesor kedokteran di Universitas Edinburgh. Di sinilah, pada tahun 1876, mahasiswa bernama Arthur Conan Doyle bertemu dengan Dr. Joseph Bell.Bell mengajarkan metode observasi dari diagnosis medis. Dia juga mengajarkan kekuatan imajinasi untuk mengelolah pengamatan menjadi teori. Dia menggunakan keterampilan deduktif dan penalarannya untuk mengesankan para mahasiswanya.
Sikapnya yang dingin dan keterampilan-keterampilan itulah yang membuatnya diperhitungkan terhadap pasien, itulah yang menjadi inspirasi untuk karakter Sherlock Holmes, menurut Stanford University.
4. Kekaguman Ratu Victoria terhadap Joseph Bell
Tidak semua orang bisa mengesankan Ratu Victoria. Tapi tidak bagi Joseph Bell yang bukan sosok biasa.Karena popularitasnya sebagai ahli bedah, dia pun menjadi ahli bedah pribadi ratu saat dia mengunjungi Skotlandia, menurut Edinburgh Live.Pada tahun 1860-an, terjadi wabah difteri di Inggris. Dan para dokter tidak bisa mengatasinya pada saat itu. Jadi Joseph Bell menemukan pipet khusus untuk menangani masalah itu. Saat merawat pasien selama epidemi, Bell pun ikut tertular penyakit tersebut.
Kisah-kisah keberanian Bell selama wabah kemudian mendorong Ratu Victoria untuk mengunjunginya dan mengubah nama bangsal rumah sakitnya menjadi "The Victoria" untuk menghormatinya.
5. Joseph Bell adalah Sherlock Holmes, dan Conan Doyle adalah Dr. Watson
Jika Sherlock Holmes terinspirasi dari Joseph Bell, bagaimana dengan Dr. Watson? John Watson merupakan sahabat karib fiksi Sherlock Holmes. Pada tahun kedua sekolah kedokteran Doyle, Bell mengangkat Doyle sebagai asisten medisnya di bangsal Bell, menurut Conan Doyle Info. Disinilah Doyle mempelajari kepribadian dan metode Bell dengan cermat.Doyle belajar banyak dari Bell, salah satunya bagaimana Bell bisa menjadi dokter yang baik dan menghasilkan teori atau diagnosis yang akurat. Sama ketika Watson membuat catatan pada bosnya, Sherlock Holmes, demikian juga Doyle membuat catatan tentang Joseph Bell. Ia pun mengubah pengamatan ini menjadi cerita Sherlock Holmes, Doyle adalah Watson dalam kehidupan nyata.
6. Joseph Bell melakukan pengamatan dan observasi
Menurut Mount Sinai Journal, Bell mengajarkan murid-muridnya untuk menggunakan mata, telinga, otak, persepsi, dan keterampilan deduktif mereka agar bisa menyatukan "rantai yang putus" atau untuk mengurai petunjuk. Bel juga mempelajari kapalan di tangan pasiennya untuk menyimpulkan jenis pekerjaan apa yang dia kerjakan, atau mengamati saku seseorang untuk mengetahui kebiasaannya, dan Bell melatih dirinya selama bertahun-tahun untuk menyimpulkan tempat asal pasien.Jadi metode pengamatan Joseph Bell dan Sherlock Holmes tidak lebih dari mengamati detail-detail kecil, pengetahuan yang luas, dan kekuatan otak untuk menyatukan teka-teki itu.
7. Menjadi detektif merupakan pekerjaan Bell paruh waktu
Berbeda dengan Sherlock Holmes yang pekerjaan investigasinya menjadi andalan identitasnya, sementara Bell menjadi detektif hanya paruh waktu. Pada tahun 1800-an, belum ada kamera CCTV atau database FBI, jadi polisi di Edinburgh harus menggunakan deduksi kuno. Dan Joseph Bell adalah salah satu yang terbaik. Bell menikmati pekerjaannya sebagai detektif dan menganggap dirinya seorang penyelidik yang amatir.Bell biasanya menangani kasus kejahatan besar dan dia bekerja bersama dokter polisi Sir Henry Duncan Littlejohn. Bell pernah terlibat dalam kasus pembunuhan Elizabeth Chantrelle pada tahun 1877 dan misteri Ardlamont pada tahun 1893. Littlejohn dan Bell menemukan bahwa Chantrelle, yang diduga meninggal karena menghirup gas, ternyata diracuni oleh suaminya sendiri, lapor Scottish Field.
8. Joseph Bell merupakan salah satu pelopor ilmu forensik
Seperti Sherlock Holmes, Joseph Bell adalah pelopor awal dalam ilmu forensik dan lebih khususnya, patologi forensik. Bell menggunakan metode observasi dan ilmiah untuk menemukan bukti di TKP dan memeriksa mayat korban pembunuhan. Dia dapat menemukan fakta, yang akan dia gunakan untuk merumuskan teori. Namun investigasi dengan metode itu pada akhir 1800-an dan awal 1900-an belum digunakan, sampai akhirnya pelopor seperti Joseph Bell muncul.Menurut Crime Traveler, situs web sumber daya kriminologi, Bell adalah salah satu bapak forensik TKP. Dia adalah orang pertama yang membawa pengamatan ilmiah ke dalam pekerjaan polisi, membuka pikiran banyak orang bahwa metode ilmiah jauh lebih baik.
Sebelum adanya ilmu forensik, pengadilan membutuhkan pengakuan dari orang bersalah atau kesaksian dari saksi mata untuk menghukum tersangka. Kisah-kisah Sherlock Holmes menampilkan kemajuan sains forensik dengan menyoroti teknik Bell.
9. Keterlibatan Joseph Bell dalam kasus Jack the Ripper
Kasus Jack the Ripper sering kali dikaitkan dengan kasus pembunuhan sadis yang sangat membingungkan dan membuat frustrasi para penyelidik, sampai-sampai Scotland Yard meminta bantuan dari detektif di seluruh Inggris, termasuk Joseph Bell dan Sir Littlejohn. Dalam hal ini, keduanya tidak bekerja bersama tetapi melakukan dua penyelidikan independen. Seperti yang dikatakan Bell, "Ketika dua pria berangkat untuk menyelidiki sebuah misteri kejahatan, di situlah penelitian mereka bersilangan, kita mendapat hasil."Mungkin kita menganggap kalau kasus Ripper tidak pernah terpecahkan. Namun sebenarnya kasus itu mungkin telah dipecahkan, tetapi tidak ada yang mengungkapkan dan membuktikan identitas si pembunuh hingga hari ini. Bell dan Littlejohn mungkin telah memecahkan kasus ini. Mereka mengatakan bahwa pada akhir penyelidikan, kedua dokter itu bertemu untuk bertukar nama tersangka dengan menuliskannya. Dan mereka berdua menulis nama yang sama.
10. Awalnya, Joseph Bell enggan terkenal karena karakter Sherlock Holmes
Selama awal kisah sastra Sherlock Holmes, Joseph Bell menerima ketenaran yang tidak diinginkannya. Banyak jurnalis yang ingin mewawancarainya. Menurut Scottish Field, Bell mengatakan, "Saya dihantui oleh kembaran saya, Sherlock Holmes." Bell pernah menulis kepada seorang teman, dan menyebut kisah-kisah Doyle adalah "omong kosong".Tapi itu di tahun-tahun awal Sherlock Holmes. Setelah beberapa waktu, Bell semakin melekat pada karakter yang dibuat Doyle. Banyak orang yang percaya dan mengamatinya. Pada akhir hidupnya, Bell sangat populer dan bahkan mengajukan ide cerita kepada Doyle.
11. Joseph Bell sangat mendukung hak-hak perempuan
Dalam lingkup politik akhir 1800-an, tepat saat gerakan hak pilih perempuan di Amerika, Joseph Bell berada di posisi depan dalam mendukung hak-hak perempuan. Dia dengan tegas berkampanye agar perempuan bisa diterima di sekolah kedokteran. Bell bahkan menulis buku yang berjudul Notes on Surgery for Nurses, salah satu teks medis paling awal untuk perawat. Dia mendedikasikannya untuk temannya, Florence Nightingale.Joseph Bell juga seorang tokoh kunci dan pendiri Institut Perawat Ratu Victoria Jubilee di Edinburgh, tempat ia memegang jabatan sebagai wakil presiden. Meskipun kontroversial pada saat itu, Bell setuju untuk secara resmi mengajar kedokteran kepada siswa perempuan. Ini sejalan dengan dukungannya terhadap hak pilih perempuan, yang juga kontroversial pada saat itu.
12. Joseph Bell menjalin persahabatan dengan Florence Nightingale
Berkat pandangan Joseph Bell yang relatif progresif, ia pun menjalin persahabatan dengan Florence Nightingale. Nightingale dan Bell berteman ketika Bell membantu mengatur serangkaian kuliah medis untuk perawat. Keduanya dikenal sering berkorespondensi melalui surat.Nightingale menciptakan filosofi perawatan yang menjadi dasar bagi perawatan modern, seperti yang diceritakan Britannica. Pada tahun 1860, Nightingale School of Nursing, menjadi sekolah berbasis sains pertama untuk profesi ini, dibuka di London.
Nightingale terkenal karena karyanya tentang reformasi sosial dan reformasi keperawatan. Dia sering berjalan di bangsal pada malam hari dan memeriksa pasien dengan lampu minyak kuno, hingga ia dijuluki "Lady with the Lamp."
13. Memiliki karya sastra
Tentu, Joseph Bell tidak menulis fiksi seperti Sir Arthur Conan Doyle, tetapi ia memiliki karier sastra sendiri, sebagian besar di bidang kedokteran. Salah satunya Notes on Surgery for Nurses yang menjadi buku terlaris sepanjang tahun 1890-an, dan buku Manual of the Operations of Surgery. Bell juga menulis beberapa tesis medis dan artikel tentang topik non-medis sepanjang hidupnya. Dia bahkan bekerja sebagai editor Edin Medical Journal selama 23 tahun.Bell juga menulis puisi, sebagian besar puisinya tentang alam atau terinspirasi oleh tema-tema keagamaan.
Sekarang, sudah tahu kan siapa itu Joseph Bell. Mungkin kehebatan Sherlock Holmes tak jauh berbeda dengannya di dunia nyata. Siapa nih penggemar karakter ini?
0 komentar