Kenapa sih kamu pendiam jika kumpul bareng banyak orang? Kenapa kamu gak banyak bicara?
Baca Juga: Kamu Introvert? 9 Kegelisahan Ini Pasti Pernah Kamu Rasakan
Pertanyaan seperti itu pernah saya hadapi dari beberapa orang yang belum mengenal saya secara mendalam. Saya dicap sebagai seorang yang pendiam, seseorang yang dianggap jarang bersosialisasi. Tapi, bukan berarti saya tidak suka bersosialisasi atau anti sosial, saya bersosialisasi hanya saja dengan satu atau dua orang, tidak bisa bergerombol. Misalkan lagi kumpul bareng gitu, saya lebih suka mendengarkan ketimbang banyak cerita. Dan cerita orang itu selalu saya tanggapi dengan baik.
Seiring berjalannya waktu dan pendewasaan diri, saya mencoba untuk memahami diri saya sendiri; mengapa ya saya tidak begitu nyaman jika berbicara dengan banyak orang, berkeluh kesah tentang kehidupan saya? Mengapa saya suka menyendiri dan asik dengan dunia saya sendiri?
Saat di sekolah dasar saya dianggap pendiam dan lebih suka baca buku IPA saat jam istirahat atau menulis rumus matematika. Di SMP saya hanya berbicara dengan satu atau dua orang. Di SMA saya memang mulai memiliki banyak teman, tapi yang dekat hanya dua atau tiga orang. Biasanya saya dan teman dekat saya ini suka ngumpul bareng dan sefrekuensi banget.
Saya memang sulit untuk membuka diri kepada sembarang orang, bukan saja orang baru, yang sudah kenal lama pun saya masih dianggap tertutup. Jadi, untuk orang yang selama ini mengira bahwa introvert itu sebagai 'pembenci orang' nyatanya salah besar.
Ada yang menganggap bahwa ada yang salah dengan diri saya. Tapi masalahnya bukan itu, ini masalah kenyamanan ketika berinteraksi dengan lawan bicara. Obrolan itu sebenarnya sangat penting bagi saya; karena melalui obrolan, saya bisa mendalami cara berpikir orang lain. Tapi tidak semua obrolan itu bisa mempererat hubungan saya dengan lawan bicara, saya perlu waktu, dan frekuensi yang tepat agar bisa terbuka dengan seseorang.
Bagi saya, manusia adalah makhluk yang luar biasa unik. Kita memiliki sifat dan watak yang berbeda-beda. Jujur, saya membutuhkan suasana yang tenang dan nyaman. Saya lebih senang membaca buku dan menulis. Di situlah saya bisa mengekspresikan diri saya. Saya menikmati ini, mungkin karena saya tidak ingin membuang waktu percuma dengan orang-orang yang tak sepemikiran dengan saya. Karena saya membenci obrolan yang ringan apalagi membicarakan urusan orang lain. Terkecuali jika saya memiliki lawan bicara yang bisa diajak ngobrol dengan pembahasan yang luas dan mendalam. Saya suka ilmu pengetahuan dan berita dunia, jadi saya sangat antusias jika berbicara masalah ini, ketimbang masalah pribadi.
Baca Juga: 5 Hal Sederhana Ini Bisa Bikin Introvert Bahagia Banget Lho
Pasalnya, dengan menyendiri saya jadi bisa mengasah diri, berpikir, menemukan ide baru, membuat karya tulis baru, dan tentunya menjadi diri saya seutuhnya.
Tapi bukan berarti saya egois karena tidak mau keluar dari zona nyaman. Setiap hari saya terus berusaha memperbaiki diri, berpikir apakah ada yang salah dengan diri saya, dan bagaimana saya harus merubahnya. Contohnya seperti akhir-akhir ini, saya mencoba untuk mencari keseimbangan. Kadang, perlahan saya mencoba membuka diri dengan sedikit basa-basi.
Saya kadang mikir, apa iya ya saya aneh, mau bicara aja harus mikir-mikir dulu, takut nyakitin perasaan orang, takut salah ngomong, takut orang berpikir engga-engga dengan ucapan saya, pokoknya over thingking, deh. Beranjak dewasa, saya jadi banyak belajar, berbicara yang tidak perlu apalagi menyakiti perasaan orang lain itu fatal. Tapi, sering kali, lawan bicara saya suka banget nyinggung perasaan saya, padahal saya tidak pernah nyinggung perasaan mereka.
Nah, menurut sebuah artikel di Healthline, "Seorang introvert sering dianggap sebagai individu yang pendiam, dan bijaksana." Introvert biasanya tidak mencari perhatian dari orang lain karena mereka berkembang dalam dunia mereka sendiri. Penulis Kendra Cherry, MS mengatakan, "Orang yang introvert cenderung mendalam, atau lebih fokus pada pikiran internal, perasaan dan suasana hati daripada mencari rangsangan eksternal." Introvert adalah kebalikan dari ekstrovert.
Telah diamati bahwa sekitar 25% hingga 40% populasi global adalah introvert. Otak introvert bekerja secara berbeda dari otak ekstrovert. Otak introvert bereaksi berbeda terhadap hormon dopamin.
Bagi saya, introvert atau bukan, itu bukan menjadi kendala bagi seseorang untuk mencapai apa yang dia inginkan, dan menghasilkan karya. Tidak ada yang salah kok tipe kepribadianmu apa, yang terpenting kamu tidak merugikan orang lain dan masih bisa mengembangkan diri.
Baca Juga: Kamu Introvert Ya? 5 Cara Ini Bisa Menggali Potensimu
0 komentar