Business Insider menulis bahwa pada bulan April 2020, harga minyak Amerika Serikat anjlok di bawah nol dolar per barel untuk pertama kalinya dalam sejarah, mencapai level terendah - 40,32 US dolar. Secara signifikan, permintaan bensin mencapai titik terendah dan terus menurun karena efek lockdown COVID-19 yang meluas di berbagai negara. Di India saja, lebih dari 1,3 miliar orang diperintahkan untuk tetap di rumah selama bulan Maret, seperti yang dilansir NPR, yang menyebabkan penurunan tajam dalam pemakaian bahan bakar bensin. Dalam beberapa minggu, kabut asap dan polusi di India berkurang, dan warga dapat melihat Himalaya untuk pertama kalinya dalam sekitar 30 tahun terakhir.
Dilansir dari Verge, perusahaan Swiss IQAir mengasumsikan kualitas udara dari 10 kota besar di seluruh dunia dan mengamati penurunan polusi yang sangat besar. Dibandingkan dengan waktu yang sama di tahun sebelumnya, Delhi, India mencatat polusi udara berkurang sekitar 60 persen. Seoul, Korea Selatan, mengalami penurunan 54 persen. Dan kota-kota lain yang dianalisis diantaranya New York, Milan, Mumbai, London, dan Los Angeles.
Satu kota, Roma, sebenarnya mengalami lonjakan polusi udara, mungkin karena sistem pemanas di negara tersebut. Jadi penurunan polusi udara ini memiliki implikasi kesehatan. Karena, polusi udara dianggap memiliki pengaruh buruk bagi tulang. Institut Kesehatan Global Barcelona melakukan penelitian bersama dengan Institut Gizi Nasional di India dan London School of Hygiene and Tropical Medicine yang menemukan bahwa polusi udara yang tinggi berkorelasi dengan massa tulang yang lebih rendah di antara lebih dari 3.700 orang dari 28 desa di India selatan.
Menurut siaran pers PBB tahun 2019, diperkirakan bahwa 7 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat polusi udara setiap tahunnya. Pada tahun yang sama, US News and World Report merangkum temuan-temuan studi yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences yang menyimpulkan bahwa udara yang tidak bersih menewaskan 100.000 penduduk AS setiap tahun. Menurut para peneliti di Universitas Harvard, "Peningkatan kecil dalam paparan jangka panjang terhadap [partikel di udara] menyebabkan peningkatan besar dalam tingkat kematian COVID-19." Kualitas udara yang membaik bukan saja anugerah bagi paru-paru kita. Mungkin juga meningkatkan tingkat kelangsungan hidup bagi orang yang terinfeksi selama pandemi ini.
Dilansir dari Verge, perusahaan Swiss IQAir mengasumsikan kualitas udara dari 10 kota besar di seluruh dunia dan mengamati penurunan polusi yang sangat besar. Dibandingkan dengan waktu yang sama di tahun sebelumnya, Delhi, India mencatat polusi udara berkurang sekitar 60 persen. Seoul, Korea Selatan, mengalami penurunan 54 persen. Dan kota-kota lain yang dianalisis diantaranya New York, Milan, Mumbai, London, dan Los Angeles.
Satu kota, Roma, sebenarnya mengalami lonjakan polusi udara, mungkin karena sistem pemanas di negara tersebut. Jadi penurunan polusi udara ini memiliki implikasi kesehatan. Karena, polusi udara dianggap memiliki pengaruh buruk bagi tulang. Institut Kesehatan Global Barcelona melakukan penelitian bersama dengan Institut Gizi Nasional di India dan London School of Hygiene and Tropical Medicine yang menemukan bahwa polusi udara yang tinggi berkorelasi dengan massa tulang yang lebih rendah di antara lebih dari 3.700 orang dari 28 desa di India selatan.
Menurut siaran pers PBB tahun 2019, diperkirakan bahwa 7 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat polusi udara setiap tahunnya. Pada tahun yang sama, US News and World Report merangkum temuan-temuan studi yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences yang menyimpulkan bahwa udara yang tidak bersih menewaskan 100.000 penduduk AS setiap tahun. Menurut para peneliti di Universitas Harvard, "Peningkatan kecil dalam paparan jangka panjang terhadap [partikel di udara] menyebabkan peningkatan besar dalam tingkat kematian COVID-19." Kualitas udara yang membaik bukan saja anugerah bagi paru-paru kita. Mungkin juga meningkatkan tingkat kelangsungan hidup bagi orang yang terinfeksi selama pandemi ini.
sumber:
https://www.businessinsider.com/oil-prices-negative-does-not-mean-free-gas-2020-4
https://www.businessinsider.com/oil-prices-negative-does-not-mean-free-gas-2020-4
https://www.npr.org/sections/coronavirus-live-updates/2020/04/10/831592401/with-coronavirus-lockdown-indias-cities-see-clear-blue-skies-as-air-pollution-dr
https://www.theverge.com/2020/4/22/21230917/air-quality-pollution-coronavirus-lockdown-social-distancing-cities
https://jamanetwork.com/journals/jamanetworkopen/fullarticle/2758211
https://www.un.org/press/en/2019/sgsm19607.doc.htm
https://www.usnews.com/news/national-news/articles/2019-04-08/100-000-americans-die-from-air-pollution-study-finds
https://jamanetwork.com/journals/jamanetworkopen/fullarticle/2758211
https://www.un.org/press/en/2019/sgsm19607.doc.htm
https://www.usnews.com/news/national-news/articles/2019-04-08/100-000-americans-die-from-air-pollution-study-finds
https://projects.iq.harvard.edu/covid-pm
0 komentar