Kisah pilu orang-orang Yahudi
Sepanjang sejarah, orang-orang Yahudi menjadi sasaran prasangka, penindasan sistemik, pengucilan, pengasingan, perbudakan, dan pembunuhan massal. Holocaust abad ke-20 adalah batu penjuru untuk serangkaian kekerasan yang terjadi selama ribuan tahun yang dicatat oleh Alkitab.Umat pilihan Tuhan (sebagaimana orang Yahudi menyebut diri mereka sendiri), orang Ibrani kuno, melarikan diri dari perbudakan di Mesir kuno, dipimpin oleh Musa, untuk eksodus. Peristiwa yang terkenal dan terkadang diperdebatkan secara historis ini, terjadi 15.000 tahun yang lalu pada abad ke-13 SM, menurut Britannica.
Mereka menetap di Kanaan, "tanah perjanjian", dan sejak itu diaspora Yahudi pada dasarnya tidak berhenti, kecuali periode damai yang terputus-putus. Baru pada tahun 1948 bangsa Yahudi Israel didirikan, seperti yang dikatakan situs web Departemen Luar Negeri AS.
Salah satu peristiwa paling kritis dalam sejarah Yahudi, terutama sebagai momen yang menentukan bagi budaya Yahudi, yang juga ada di Alkitab adalah The Babylonian Exile. Terjadi dari 586–538 SM - menurut Britannica - Pengasingan atau Pembuangan ke Babilonia adalah alasan mengapa Yudaisme mencetuskan ritual sinagoge, Sabat, penggunaan bahasa Aram daripada Ibrani, menghindari pernikahan antar budaya, dan banyak lagi. Faktanya, seperti yang dikatakan Universitas Boston, Pengasingan Babilonia adalah alasan mengapa Yudaisme digabungkan menjadi agama kanonik.
Orang-orang Yehuda berhasil ditaklukan dan hanya beberapa di antaranya yang direlokasi
Kata-kata ini, diambil dari Mazmur 137 di Perjanjian Lama, menggambarkan penderitaan ketika Pembuangan ke Babilonia. Dilucuti paksa dari tanah air mereka, diangkut ke Babilonia, orang-orang Yahudi pada waktu itu ingin kembali ke Kerajaan Yehuda - yang sekarang menjadi bagian selatan, Israel modern.
Pengasingan ke Babilonia dimulai ketika, seperti yang dinyatakan oleh Jewish Virtual Library, orang Kasdim kuno mengepung dan menaklukkan Yerusalem, mengakhiri "Periode Kuil Pertama," karena kuil di kota itu dihancurkan selama invasi. Orang Kasdim, menurut Britannica, berasal dari Babilonia selatan (selatan, Irak modern), dan raja mereka, Nebukadnezar, mendeportasi orang-orang Yehuda ke ibu kota Kasdim, Babilonia. Tetapi, dia tidak merelokasi semua orang - hanya mereka yang terpelajar, kaya, pendeta, pengrajin, dan pekerja profesional. Sisa dari "penduduk negeri" (am-hares) diizinkan untuk tinggal di Yehuda. Pembagian inilah yang akan menentukan kepercayaan, budaya, dan praktik Yahudi di masa depan.
Mereka yang dipaksa untuk hidup di tengah budaya yang berbeda di Babilonia berpegang teguh pada identitas asli mereka, dan dari cengkeraman ini muncul versi Yudaisme yang lebih ketat, lebih keras, dan lebih tradisional, termasuk garis yang lebih tegas antara Yahudi dan non-Yahudi.
Kembalinya Yehuda dan praktik penyembahannya
Meskipun orang-orang Yahudi di Babilonia memegang teguh kepercayaan mereka, mereka juga merasa ditinggalkan oleh Yahweh dan janji-Nya untuk melindungi dan mengawasi mereka. Mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai the gola, ("exiles"), atau the bene gola (anak-anak dari pengasingan).Pada titik ini, Alkitab tidak lagi menceritakan apa yang terjadi pada mereka yang masih tinggal di Yehuda, dan Perjanjian Lama terbagi menjadi literatur pra-pengasingan dan pasca-pengasingan, dimulai dengan Kitab Ratapan dan meliputi nabi seperti Yehezkiel. Mereka yang diasingkan berfokus pada penyatuan kembali orang-orang Yahudi di bawah dinasti Davidian.
Ketika Persia menginvasi dan menaklukkan Babilonia pada tahun 539 SM, sebagaimana dinyatakan dalam Ancient History, dipimpin oleh raja mereka Koresh Agung, orang buangan ini memiliki kesempatan. Koresh memimpin orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem dengan maksud khusus untuk menyembah Yahweh, dan Yehuda sendiri menjadi satrapy (provinsi) Persia.
Momen ini adalah saat Yudaisme mengambil bentuk Mosaik (berasal dari era Musa) yang akan dipegangnya sampai hari ini, termasuk fokus yang diperbarui pada Taurat, lima kitab pertama dalam Alkitab. Nabi seperti Hagai dan Zakharia mengemban misi mesianik.
Orang-orang Yehuda selesai membangun kuil kedua pada 515 SM, dan tinggal di bawah pemerintahan Persia sampai Alexander Agung menaklukkan wilayah itu pada 332 SM. Akhirnya, Yehuda berada di bawah pemerintahan Romawi, seperti yang diceritakan dalam Perjanjian Baru.
0 komentar