Pasti beberapa poin di bawah ini pernah kamu rasakan
![8 Hal Menjengkelkan di Sekolah Dasar](https://cdn.idntimes.com/content-images/community/2020/04/young-child-cheating-on-school-test-martinedoucet-getty-images-large-d0856192d7513ae099c60c3b9ca486a6_600x400.jpg)
Bagaimana kesan dan kisahmu tentang sekolah? Apakah kamu salah satu orang yang menyukainya atau membencinya? Ingatan kamu tentang sekolah yang mungkin paling berkesan adalah suasana bermain dengan teman sebaya, dan hal menjengkelkannya adalah ketika kamu diminta maju ke depan kelas untuk mengisi soal matematika. Namun, saat kamu mengingat kembali masa-masa sekolah itu, pasti ada beberapa hal yang kamu anggap remeh, dan mungkin ada momen-momen yang mengganggu.
1. Kompetisi, sistem yang buruk dalam dunia pendidikan
Pendidikan yang unggul dan baik seharusnya berfokus pada kerja sama, bukan kompetisi. Sebagai contoh, The Atlantic memuji sistem pendidikan Finlandia, karena siswa Finlandia menjadi negara dengan nilai ujian tertinggi di dunia. Finlandia juga sebenarnya tidak berfokus dengan ujian, peringkat, atau membandingkan prestasi akademik para siswanya. Pendidikan di Finlandia memprioritaskan kreativitas, kesetaraan, dan keunggulan setiap individu.
Menariknya, di Finlandia itu tidak ada sekolah swasta dan tidak dipungut biaya sekolah, sehingga setiap warga negaranya - miskin atau kaya - menerima pendidikan yang setara.
2. Peraturan bagi siswa dan guru agar tidak ke toilet
Dilansir dari Parents.com, ahli urologi anak Steve Hodges, M.D., menjelaskan mengapa membatasi hak anak-anak untuk ke kamar mandi adalah peraturan yang bodoh. Hodges mengatakan bahwa jika seorang anak menahan buang air, itu dapat merusak organ internalnya yang masih berkembang, yang justru bisa membuat anak itu mengompol, maupun sembelit. Tapi, di Amerika Serikat tepatnya, para siswa diminta untuk menahan buang air selama jam pelajaran.Faktanya, di beberapa negara, guru juga sering dibatasi untuk ke toilet. Yang akhirnya memaksa mereka untuk memilih dua pilihan: dehidrasi atau menahannya.
3. Tugas sekolah yang berlebihan bagi siswa SD bisa mengganggu quality time bersama keluarga
PR (pekerjaan rumah) yang diberikan guru kepada muridanya, sering kali berlebihan. Tugas sekolah yang banyak dan dikerjakan di rumah ternyata memiliki dampak yang kurang baik, di antaranya mengurangi waktu bersama keluarga, waktu makan malam, waktu bermain, dan waktu kegiatan ekstrakurikuler, ditambah lagi hal itu membuat orang tua menjadi sangat galak kepada anaknya.Seperti yang dijelaskan Time, anak-anak kecil tidak siap secara psikologis dalam "memanajemen waktu" untuk tugas sekolah yang dikerjakan di rumah. Alih-alih anak menghabiskan malamnya untuk berkumpul bersama keluarga, anak justru dituntut untuk mengerjakan PR, apalagi jika orang tua tidak membantu anak mengerjakan PR.
Sebuah meta-analisis dari 180 studi oleh psikolog Harris Cooper menunjukkan bahwa PR sekolah memang membantu para remaja, namun hal ini tidak ada manfaatnya bagi anak-anak sekolah dasar.
4. Diktator dalam mengajar bukanlah cara yang baik
Apakah kamu salah satu anak pemalu atau pasif di sekolah? Jika iya, ataupun tidak, anak pemalu atau pasif di kelas sering kali menjadi sasaran guru di kelas seperti adanya "cold-calling". Seperti yang dijelaskan oleh Alfie Kohn melalui Psychology Today, cold-calling adalah bentuk penghinaan yang memaksa siswa untuk berpartisipasi di kelas. Itu juga bisa dianggap mengintimidasi. Yang membuat siswa lain takut jika dipanggil selanjutnya.Sikap itu berbeda dengan bertanya dengan lembut pada siswa yang pendiam. Kohn berpendapat bahwa cold-calling menjadi salah satu kesalahan yang sering terjadi. Struktur di kelas dianggap otoriter, dan guru diposisikan sebagai diktator yang dapat memutuskan kapan orang lain harus berbicara.
5. Makanan di sekolah yang tidak sehat
Mengkonsumsi minuman dingin seperti soda, atau makanan seperti bakso, mie, kue yang dijual di depan gerbang sekolah memang terdengar menyenangkan, sampai-sampai para siswa SD ini lupa atau bahkan tidak tahu konsekuensi kesehatan mereka.Makanan di jam-jam istirahat sering kali mengandung banyak gula, lemak, dan natrium yang berlebihan. Makanan semacam ini bisa menyebabkan diabetes, obesitas, penyakit jantung, batu ginjal, dan kanker di masa mendatang. Dan parahnya lagi, anak-anak menjadikan kebiasaan makan tidak sehatnya di usia dini.
Menurut New York Times, kebiasaan ini harus diperbaiki, orangtua terutama ibu harus melakukan perubahan seperti memberikan bekal makan siang untuk anak-anak mereka, dengan menambahkan buah-buahan dan sayuran. Sekolah juga harus mengambil andil dan memperhatikan makanan yang dikonsumsi murid sekolah dasar.
6. Kurangnya waktu istirahat anak-anak di sekolah
Di sekolah, anak sekolah dasar hanya memiliki jam istirahat yang sedikit. Pengamatan ini didukung oleh American Academy of Pediatrics, yang berpendapat bahwa waktu bermain sangat penting untuk perkembangan anak.Seperti di Finlandia, anak-anak sekolah dasar di sana menikmati waktu istirahatnya selama 75 menit sehari, berbeda dengan sekolah di AS yang jam istirahatnya rata-rata 27 menit. Istirahat yang cukup membuat siswa menjadi tidak gelisah di kelas, lebih fokus, dan lebih kreatif.
7. Kompetisi olahraga tim yang membuat beberapa siswa jengkel
Memaksa anak-anak berolahraga tim sering kali menimbulkan masalah. Biasanya anak-anak yang jago olahraga atau atletis selalu terpilih lebih dulu, sedangkan anak-anak yang kurang populer atau kurang atletis sering dipilih terakhir. Anak yang tidak jago olahraga ini biasanya sering dimarahi oleh tim olahraga mereka ketika ia dianggap tidak mampu. Hal ini membuat siswa seperti ini menjadi stres dan cemas.Meskipun banyak anak yang menyukai olahraga tim. Namun, banyak juga yang tidak menyukai olahraga tersebut, sehingga mereka merasa dikucilkan, yang akhirnya membenci aktivitas fisik. Menurut sebuah penelitian yang dirujuk dalam Telegraph, trauma psikologis dalam olahraga tim membuat siswa menghindari olahraga selama sisa hidup mereka.
8. Stigma matematika
Kamu pasti tahu bahwa di kelas ada anak yang jago matematika. Masalahnya adalah matematika diajarkan secara hirarki, di mana anak-anak dipandang atau ditakdirkan untuk berhasil atau gagal dalam hal itu. Inilah yang menciptakan dua kelompok: kelompok "pintar matematika", dan "kelompok bodoh matematika." Disinilah kelompok "bodoh matematika" tidak pernah diberi kesempatan untuk mengejar ketinggalan.Ini bukan karena anak-anak ini tidak bisa mengerjakan soal matematika, tapi karena mereka tidak mendapatkan perhatian ekstra yang dibutuhkan.
Setiap sistem yang dibuat selalu memiliki kekurangan, tak terkecuali sistem pendidikan. Tapi bagaimanapun juga, hal ini selalu menjadi cerita unik dan penuh warna ketika kita sudah dewasa. Ya, ambil sisi baiknya aja.
0 komentar