Halo, semua... udah lama ya aku gak nulis opiniku di blog ini. Oke, mulai sekarang, kata "Saya" akan diganti menjadi "aku", biar dibacanya bisa lebih nyaman aja, sih. Terus juga di opini kali ini, aku mau nulis dengan bahasa yang santai, kaya anak millennial kalau lagi ngobrol gitu, deh. Ya, biar gak kaku-kaku amat, kan.
Eh, siapa nih yang lagi dibenturin masalah akhir-akhir ini. Oh, banyak. Iya gak apa-apa. Kita sama, kok. Namanya hidup pasti gak jauh dari masalah sih, ya. Loh, kok jadi curhat.
Sesuai dengan judulnya, kita boleh banget berekspresi lewat tulisan, apapun yang mau kita tulis, apapun yang ada di pikiran kita, apapun yang menjadi unek-unek kita. Hidup ini butuh cerita agar gak sepi-sepi amat, dan cerita itu gak selalu bahagia, kan. Bahkan, film gak akan menarik kalau ceritanya hanya melulu soal kebahagiaan saja.
Aku juga mau beropini soal komentar orang di sana yang katanya hanya memamerkan kebahagiaannya aja di media sosial, gak mau ngumbar-ngumbar kesedihan di media sosial. OH TENTU! Itu pun gak dilarang sama sekali. Siapa coba yang gak mau terlihat BAIK-BAIK SAJA.
Baca Juga: 5 DAMPAK MEDIA SOSIAL YANG HARUS KITA KETAHUI
Tapi, aku kurang setuju kalau ada orang yang berkomentar bahwa kita GAK BOLEH sama sekali menulis kata-kata galau, hanya karena mereka pikir, orang itu cuma mau cari perhatian orang lain di media sosial. Hah! Belum tentu, lho.
Seseorang galau di media sosial bukan berarti dia mau cari perhatian atau agar di dengarkan, tapi gak menutup kemungkinan sih kalau ada orang yang memang seperti itu. Tapi kalau menurut opiniku sih, seseorang yang suka melow di media sosial itu karena mereka gak punya atau gak berani ngungkapin masalahnya ke orang lain secara langsung atau mereka mengalami krisis kepercayaan sama orang lain. Yes, kita ngomong real, ya.
Kenapa aku ngomong gitu, karena contohnya aku sendiri. Kenapa aku sering nulis kisah-kisah galau atau kata-kata galau ya itu cara aku untuk menetralkan perasaanku yang berantakan, yang gak mungkin bisa aku ungkapin secara langsung ke orang lain. Tapi, bukan berarti aku mencari ATTENTION dari orang yang bahkan gak aku kenal di media sosial. Toh, itu sama sekali gak memberikan efek apapun.
Menulis adalah cara aku untuk memulihkan diri dari perasaan gak enak yang aku jalanin dalam hidup. Menulis itu terapi buat kesehatan mental aku. Seperti yang sebelumnya pernah aku katakan, aku akan tetap menulis meskipun tidak ada satu orang pun yang mau membacanya.
Baca Juga: Ungkapan Seorang Penulis
Aku membagikan kata-kata galau di media sosial karena aku mau nunjukin bahwa kita gak sendirian di dunia yang bisa dibilang kejam ini. Kita rame-rame kok, guys, berduka dihamparan gemerlap hutan-hutan beton perkotaan. Ramainya kehidupan ini bukan berarti mencerminkan tenangnya kehidupan kita, kan.
Kenapa aku ngomong gitu? Karena aku termotivasi banget kalau ngeliat tulisan orang lain yang ngena banget sama apa yang lagi aku rasain, seolah-olah aku tuh gak sendirian. Itulah yang membuat aku untuk selalu bertahan menjalani hidup ini. Aku jadi tahu ternyata ada loh orang yang lebih menderita dari aku.
Jadi, ya, buat kalian di luar sana yang men-judge kesehatan mental orang lain, kalian salah banget. Hidup setiap orang beda-beda, gak semua orang seberuntung kalian, yang mungkin dikasih partner hidup yang bisa ngertiin kalian, keluarga yang harmonis, sahabat, atau kesejahteraan hidup yang mencukupi.
Kesimpulannya, kalian bebas berekspresi selama kalian gak merugikan orang lain, gak menghina orang lain, dan gak berkata buruk kepada orang lain.
0 komentar