Berpusat di jantung Guatemala saat ini, Kekaisaran Maya berkembang selama hampir dua setengah milenium, namun menghilang secara tiba-tiba sekitar 900 Masehi. Pada masa kejayaannya, Maya menjadi tempat yang kejam, tetapi kaya dan kompleks, yang dipenuhi dengan monumen yang sangat besar, kehidupan kota yang terorganisir dengan baik, sistem administrasi sipil, dan jaringan perdagangan yang kompleks.
Peradaban ini memiliki sistem agama dan pemahaman yang canggih tentang matematika dan astronomi. Lalu, bagaimana bisa peradaban ini runtuh? Berikut penjelasan ahli.
1. Munculnya teori aneh terkait runtuhnya peradaban suku Maya
Kota-kota Maya yang mencakup lebih dari 20 juta orang pada 700 Masehi telah runtuh dan ditinggalkan pada 900 Masehi. Dalam waktu kurang dari dua ratus tahun, pusat kota yang besar itu ditinggalkan. Tidak ada yang tersisa. Ahli sejarah mengajukan berbagai teori aneh, dari invasi alien hingga gagasan bahwa nasib tragis peradaban Maya dihubungkan dengan ciptaan dewa kuno pada bahan bakar merkuri sebagai teknologi yang sangat kuat. Tetapi, para ilmuwan menawarkan teori yang lebih masuk akal mengapa peradaban Maya menghilang begitu cepat.
2. Beban untuk menghidupi puluhan juta rakyatnya
Alasan yang paling mungkin tentang sejarah runtuhnya peradaban suku Maya adalah, karena mereka menjadi korban dari kesuksesan mereka sendiri. Kekaisaran Maya sangat besar. Populasinya mencapai 20 juta orang. Jumlah yang sangat besar untuk menghidupi rakyat sebanyak itu. Lebih dari seribu tahun yang lalu, masalah pangan merupakan tantangan yang sangat berat.
3. Adanya penyalahgunaan hutan
Sebagian besar hutan ditebangi untuk memberi ruang bagi pertanian, secara bertahap memperluas wilayah penggundulan hutan di sekitar pusat kota Maya. Akan tetapi, penebangan pohon untuk lahan pertanian hanyalah sebagian dari gambaran yang ada. Menurut penelitian yang dikutip Smithsonian, ada lebih banyak lagi lahan yang dibuka hingga memicu kebakaran guna membuat plester kapur, bahan utama untuk monumen dan arsitektur khas Kekaisaran Maya.
4. Terjadinya kekeringan sistemik dan bencana ekologis
Para petinggi berada di bawah tekanan untuk menghidupi rakyatnya dan mempertahankan kemegahan budaya yang telah menjadi formalitasnya. Jadi, peradaban Maya kemungkinan mencapai titik kritis ekologisnya antara 700 sampai 900 Masehi. Penggundulan hutan mengurangi radiasi matahari, jadi, lebih sedikit air yang menguap dari permukaannya. Hujan pun jadi tidak bisa diandalkan.
Hal ini pun mengakibatkan gagal panen. Kekeringan sistemik dan berkepanjangan ini tentunya menghancurkan peradaban tersebut. Ditambah lagi, struktur tanah menjadi sangat kering. Akhirnya, satu per satu, sebagian besar kota Maya tidak bisa lagi menopang kehidupan.
5. Nasib suku Maya selanjutnya
Seperti yang dilaporkan Live Science, namun semua ini ada pengecualiannya. Beberapa kota Maya seperti Chichén Itzá masih terus berkembang. Tetapi ketika Spanyol tiba di Amerika Tengah pada abad ke-16, Maya sudah menjadi kelompok yang terpecah secara politik dan budaya.
Jadi, teori bahwa bahan bakar dewa berupa merkuri membuat Kekaisaran Maya runtuh itu salah. Ternyata faktor ekonomi lah yang jauh lebih masuk akal sekaligus menjadi teori yang jauh lebih menyedihkan ketika suku Maya menghancurkan kerajaan mereka sendiri. Selain itu, budaya dan over populasi yang tinggi, menuntut penggundulan hutan yang semakin agresif, dan menimbulkan bencana ekologis.
Sumber
https://www.gaia.com/article/were-the-mayans-visited-by-ancient-alien-gods
https://www.smithsonianmag.com/science-nature/why-did-the-mayan-civilization-collapse-a-new-study-points-to-deforestation-and-climate-change-30863026/
https://www.livescience.com/41781-the-maya.html
0 komentar