Para ahli mengungkapkan bahwa umat manusia dan bahkan hewan terobsesi dengan status, sistem kelas, dan hierarki. Manusia melampaui hakikatnya dan mendominasi antar sesamanya. Jadi, bagaimana kita bisa tahu siapa yang berkuasa dalam status sosial? Tentunya, status sosial sangat berpengaruh! Hal inilah yang bisa membedakan mana si kaya, dan mana si miskin.
Sudah sejak lama manusia suka sesuatu yang istimewa, unik, atau mahal di hadapan orang lain. Lebih penting lagi, simbol sosial ini bisa menjadi ajang tontonan yang mengasyikan dan membuat orang lain terkesan. Nah, beginilah sejarah simbol status sosial yang pernah mewarnai sistem sosial manusia.
1. Tupai menjadi hewan peliharaan di abad ke 18 dan 19
Squirrel mania menjadi daya tarik kelas atas pada tahun 1700-an. Biasanya tupai abu-abu Amerika sangat disukai kalangan kelas atas, tetapi ada jenis tupai yang lain juga. Tupai memang menjadi hewan peliharaan populer selama berabad-abad. Saat demam tupai ini, banyak buku tentang tupai dan cara merawat tupai yang beredar di toko buku. Toko hewan juga dipenuhi oleh tupai. Jadi tidak perlu repot-repot mencari tupai di alam liar. Bahkan Benjamin Franklin menulis syair untuk tupai milik temannya.
Meskipun memelihara tupai cukup populer di kalangan masyarakat kelas atas, tetapi ada sisi negatifnya juga, lho. Banyak yang khawatir jika perdagangan tupai bisa membuat tupai punah di alam liar. Namun, tren ini perlahan-lahan ditinggalkan. Tupai dianggap sebagai hama pengganggu. Selain itu, tupai sulit diatur dan tidak bisa dilatih. Pada abad ke-20, tupai masuk dalam kategori hewan pengerat. Disisi lain, undang-undang tentang konservasi satwa liar dan pemelihara satwa liar sebagai hewan peliharaan mulai dilarang.
2. Trend bunga tulip di tahun 30-an
Antara bulan Desember di tahun 1636 dan Februari 1637, harga bunga tulip menjadi termahal sepanjang masa. Dilansir dari History, sejarawan dan profesor dari King's College London, Anne Goldgar, melakukan penelitian tentang fenomena tulip pada abad ke-17. Goldgar menemukan bahwa beberapa tulip yang paling langka, dijual seharga rumah mewah, atau gaji setahun dari para pengrajin. Pembelinya biasanya dari pengrajin paling sukses dan pengusaha terkaya.
3. Harga nanas yang selangit meskipun tidak dimakan
Nanas dibawa ke Eropa oleh Christopher Columbus, dan tidak lama kemudian orang Eropa pun berniat menanam nanas. Namun iklim di Eropa tidak mendukung. Akhirnya, mereka memilih negara Belanda dan Inggris untuk dilakukan penanaman nanas di dalam rumah kaca. Menurut Mental Floss, karena permintaan nanas tinggi, sementara pasokannya rendah, akhirnya petani menjual nanas dengan harga yang tidak masuk akal. Koloni-koloni Amerika mengimpor nanas dari dekat Karibia, tetapi harganya setara dengan 8.000 US dolar dalam mata uang hari ini.
Sering kali, nanas ini tidak bisa dimakan, karena nanas sudah membusuk saat tiba di tempat tujuan. Nanas-nanas itu akhirnya dipajang sebagai dekorasi. Bahkan, Charles II meminta agar dirinya dilukis sedang menerima nanas dari tukang kebunnya.
Berjalannya waktu, nanas menjadi lambang keramahan. Itulah sebabnya ada banyak gambar nanas di perabotan rumah tangga pada zaman dulu. Simbol nanas ini menjadi daya tarik di awal 1900-an dengan pendirian Perusahaan Nanas Hawaii, yang sekarang dikenal sebagai Dole.
4. Memodifikasi fisik sebagai simbol status sosial
BBC mengatakan bahwa membentuk tengkorak bayi telah dilakukan sekitar 45.000 tahun yang lalu. Terkadang, hal ini dilakukan untuk menunjukkan status anak dan keluarganya. Arkeolog Mercedes Okumura dari Museum Nasional Brasil, mengatakan bahwa pembentukan tengkorak kepala bukan saja untuk memperkuat perbedaan sosial, tetapi juga untuk memperkuat kekuatan politik. Contohnya orang Oruro Bolivia. Okumura mengatakan bahwa kelas atas Oruro Bolivia memiliki "kepala tegak berbentuk tabel", kelas menengah dengan "kepala berbentuk miring", dan yang lainnya dengan kepala "berbentuk cincin".
Membentuk kepala dilakukan di banyak budaya, tapi hal itu tidak selalu tentang status sosial. Di Amerika pra-Columbus, membentuk kepala adalah praktik yang tersebar luas di kalangan elit. Dan di antara suku Cowlitz dan Chinook selama abad ke-19, dahi yang diratakan dengan sengaja adalah simbol "tanda kebebasan," sementara dahi yang tidak dibentuk akan dicemooh, seperti yang dikutip BBC.
5. Sepatu menjadi simbol status sosial seseorang
Sekitar tahun 1340 di Krakow, ada tren sepatu baru yang memiliki ujung jari sepatu yang sangat panjang. Sepatu itu disebut crakow atau poulaines. Sepatu ini dipakai dalam komedi abad pertengahan oleh Mel Brooks. Rebecca Shawcross dari Museum dan Galeri Seni Northampton mengatakan melalui Atlas Obscura bahwa hanya orang kaya yang memakai sepatu konyol ini.
Lambat laun, sepatu itu mulai memiliki konotasi lain, semakin panjang ujungnya, semakin "maskulin" bagi pemakainya. Shawcross mengatakan bahwa anggota parlemen Inggris akhirnya membatasi ujung sepatu itu. Sepatu tersebut dianggap tidak memiliki kesopanan. Pada tahun 1475, simbol status ini perlahan hilang.
6. Mendirikan bangunan untuk ajang status sosial
Beberapa orang ingin memamerkan kekayaan dan status mereka dengan membangun sesuatu yang tidak berguna, yang disebut Folly (kebodohan/hanya untuk senang-senang). Dilansir dari The Folly Fellowshi, umumnya bangunan ini dibuat hanya untuk ajang pamer. Folly biasanya memiliki lengkungan dua dimensi dan "menara" hingga belvederes.
Ada juga bangunan cottage orné, yang merupakan bangunan bergaya pondok (pedesaan) kuno. Bangunan ini seringkali terbuat dari batu atau jerami. Bangunan pedesaan kelas atas ini dibuat bagi mereka yang ingin merasakan pedesaan tanpa harus kotor. Amusing Planet mengatakan bahwa adanya konstruksi ini juga membuka pekerjaan bagi penduduk setempat yang pengangguran.
7. Mempekerjakan pertapa
Gordon Campbell, seorang profesor Kajian Renaisans Universitas Leicester, mengatakan bahwa pertapa (orang yang selalu menghabiskan waktu sendiri/tempat tinggalnya jauh dari keramaian) sering dipekerjakan oleh orang kelas atas untuk menjadi petani atau tukang kebun, dan terkadang disuruh berpakaian seperti druid (kasta pendeta Keltik).
Iklan lowongan kerja ini mencantumkan bahwa selama bekerja, pertapa abad ke-18 ini tidak boleh berbicara, tidak diizinkan mandi, atau merapikan rambut dan kuku mereka. Penampilan mereka harus terlihat seperti druid. Di sisi lain, beberapa majikan meminta pertapa untuk menjamu tamu ke perkebunan, membaca dan menulis puisi, yang saat itu menjadi tren.
8. Gula menjadi komoditas mahal, yang juga digunakan untuk membuat pastillage
Pada zaman Elizabeth di Inggris, gula adalah hal yang sangat penting. Perjamuan menjadi cara bagi orang kaya untuk memamerkan kekayaan mereka, terutama kepada orang kaya lainnya. Periode abad pertengahan dipenuhi dengan jamuan makan. Itu sebabnya gula dijadikan monumen besar untuk kreativitas penganan.
Koki akan membuat campuran gula dan getah yang tahan lama dan disebut gum arabic. Yang kemudian dijadikan pastillage. Koki akan membuat diorama seukuran meja, yang mencakup skala kecil, atau bahkan setinggi orang. Paus Innosensius XI pernah menugaskan penjaga untuk melindungi karya koki tersebut. Dan biasanya potongan pastillage ini akan dibagikan kepada para tamu. Pastillage pernah disajikan pada makan malam di Roma, yang diberikan oleh duta besar Inggris pada tahun 1687.
Mereka bukan saja patung yang bisa dimakan, tapi juga sebuah karya seni. British Museum mengatakan bahwa simbol status sosial seseorang dinilai bukan saja karena mampu membeli gula tetapi juga mampu mempekerjakan sejumlah koki terampil untuk menciptakan mahakarya ini, yang akhirnya bisa dipamerkan dalam perjamuan makan.
9. Asam urat, penyakit bagi mereka yang memiliki banyak uang
Penyakit ini dikaitkan dengan kekayaan dan status seseorang, sampai-sampai disebut "penyakit raja" dan "penyakit orang kaya". Penyakit ini adalah gout, yang menurut Drawing Blood merupakan penyakit arthritis yang kita kenal sebagai asam urat. Pada abad ke-19, asam urat dianggap disebabkan oleh kebiasaan buruk orang kaya, seperti alkohol, terutama alkohol port dan claret, serta pola makan orang kaya, seperti daging dan makanan laut. Namun anehnya, penyakit ini diidamkan lho oleh orang kelas atas, karena penyakit ini dinilai sebagai simbol status sosial seseorang yang mampu membeli yang terbaik dan mahal.
Ilustrasi orang-orang yang menderita asam urat digambarkan sebagai orang yang rakus, yang mengeluarkan banyak uang untuk kesenangan mereka. Di surat kabar London Times pada tahun 1900 tertulis, "Asam urat tampaknya meningkatkan status sosial pasien." Gout, kata sebuah artikel bersejarah di jurnal Arthritis Research & Therapy, disebut sebagai penyakit yang "diinginkan secara sosial".
10. Simbol status orang Romawi dilihat dari sepatu yang dipakai anak-anaknya
Di Romawi Kuno, mereka yang memiliki status sosial kelas atas, biasanya akan memamerkan sepatu anak-anaknya. Ini terbukti dari penggalian pangkalan militer Romawi yang ditemukannya sepatu wanita dan anak-anak. Hal ini membuktikan bahwa pria tidak selalu mendominasi kelas sosial. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa sepatu itu lebih dari sekadar penutup kaki. Arkeolog dari University of Western Ontario Elizabeth Greene mengatakan bahwa sepatu anak-anaklah yang paling menarik, karena sepatu itu dirancang untuk mencerminkan status sosial orang tua mereka.
Sepatu itu didekorasi sesuai dengan tempat ditemukannya, termasuk sepatu bayi yang ditemukan di perempatan komandan pos. Sepatu itu versi miniatur dari sepatu bot yang biasanya dikenakan oleh pria dengan kedudukan tinggi, sampai ke kulit mahal dan kancing besi di solnya. Dan ada lebih dari itu, kata Greene: kulit sepatu itu memiliki pola jaring yang rumit, yang dibuat untuk memamerkan warna kaus kaki mereka, yang juga merupakan indikator penting dari status sosial.
11. Ketika kecantikan dan simbol status wanita dilakukan dengan sangat menyakitkan
Mengikat kaki dimulai di Cina pada abad ke-10 dan baru dilarang pada awal 1900-an, meskipun BBC mengatakan bahwa hal itu berlanjut setelah tahun tersebut. Prosesnya cukup menyakitkan, dan dimulai saat seorang gadis berusia 5 atau 6 tahun. Kaki anak gadis pertama kali akan direndam dalam air panas dan kukunya dipotong. Kemudian kaki dipijat dengan minyak, jari-jarinya kecuali yang jempol akan dipatahkan dan diikat di telapak kakinya. Lalu gadis-gadis itu dipaksa berjalan untuk mempercepat prosesnya. Perban diganti setiap beberapa hari, dan infeksi juga dibersihkan.
Kaki yang dianggap sempurna ukurannya hanya tiga inci, dan disebut teratai emas. Kaki yang ukurannya empat inci disebut teratai perak, dan lima inci atau lebih adalah teratai besi (yaitu, status atau kasta yang paling rendah). Praktik ini terinspirasi oleh Yao Niang, seorang penari abad ke-10 yang mematahkan dan mengikat kakinya, yang akhirnya mendapatkan perhatian dan dukungan dari kaisar berkat tariannya. Akhirnya, dayang lain mulai melakukan hal yang sama, hingga menjadi simbol status. Lambat laun, prosedur tersebut tidak menjadi simbol status lagi, tetapi hanya sebagai indikasi seorang wanita yang akan menjadi istri yang baik.
12. Ketika obesitas menjadi simbol status bagi orang kaya raya
Standar kecantikan selalu berubah dari zaman ke zaman. Di zaman Renaisans, kita akan menemukan bahwa obesitas sangat dihargai dan obesitas menjadi simbol status sosial bagi seseorang yang dianggap punya banyak makanan.
Orang kaya memang bisa makan sepuasnya, tetapi bentuk badan yang gemuk juga menunjukkan bahwa mereka bisa membeli tempat tinggal yang layak, memiliki akses seperti air bersih dan fasilitas sanitasi, dan tidak rentan terhadap penyakit yang biasa menyerang orang miskin dan kelas bawah. Tubuh yang besar juga menunjukkan bahwa dia bukanlah tipe orang yang bekerja di ladang sepanjang harinya, orang itu dianggap bisa mempekerjakan orang lain untuk melakukan pekerjaan semacam itu
Di beberapa daerah, obesitas masih menjadi simbol status. Pada tahun 2007, BBC melaporkan bahwa ada kamar-kamar untuk menggemukkan seseorang di Nigeria, tempat di mana wanita bisa berleha-leha untuk menambah berat badan. Salah satunya Happiness Edem, yang menetap di pusat penggemukan sebelum menikah dengan Morris Eyo Edem. Sebagai seorang pangeran, Edem ingin memiliki istri yang gemuk.
Simbol status sosial memang selalu menggoda bagi mereka yang memiliki banyak uang dan mungkin juga kekuasaan. Nah, jika kamu diposisi itu, apakah hal itu perlu?
https://esc.rutgers.edu/fact_sheet/the-basics-of-equine-behavior/
https://www.atlasobscura.com/articles/pet-squirrel-craze
https://www.history.com/news/tulip-mania-financial-crash-holland
https://www.bbc.com/news/business-51311368
https://www.mentalfloss.com/article/65506/super-luxe-history-pineapples-and-why-they-used-cost-8000
http://www.bbc.com/earth/story/20151119-the-people-who-reshaped-their-skulls
http://www.bbc.com/earth/story/20141013-why-we-reshape-childrens-skulls
https://www.atlasobscura.com/articles/medieval-europeans-pointy-shoes
http://follies.org.uk/index.php/what-is-a-folly/
https://www.amusingplanet.com/2017/10/irelands-famine-follies.html
https://www.atlasobscura.com/articles/the-history-of-hermits-in-gardens
https://blogs.getty.edu/iris/how-raw-sugar-transformed-the-european-banquet/
https://blog.britishmuseum.org/the-story-of-sugar-in-5-objects/
http://drawing-blood.org/pre-modern-medicine/gout-the-disease-of-kings/
https://arthritis-research.biomedcentral.com/articles/10.1186/ar1906
https://www.smithsonianmag.com/smart-news/in-ancient-rome-childrens-shoes-were-a-status-symbol-3129135/
https://www.bbc.com/news/in-pictures-28208695
https://www.smithsonianmag.com/history/why-footbinding-persisted-china-millennium-180953971/
https://www.sermo.com/history-obesity-renaissance-1910/
http://news.bbc.co.uk/2/hi/6904640.stm
0 komentar